Jumat, 20 April 2012

BANGGAI DI ERA KOLONIAL DAN KEMERDEKAAN

 Banggai di Era Kolonial dan Kemerdekaan

Sejarah Kabupaten Banggai, diawali dengan terbentuknya Badan Perjuangan Otonomi Daerah (BPOD), badan ini merupakan perjuangan para tokoh politik, pemuda, mahasiswa dan pelajar bersama-sama dengan Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) Swapraja Banggai raja S.A. Amir tahunkoh 1956, para tokoh politik itu antara lain Ahmad Mile Ketua DPC NU Kab.Banggai, Abd.Azis Sinukun Sekretaris DPC NU.Kab.Banggai, Aco Dg.Matorang Ketua DPC PSII Kab.Banggai, A.Mauragahi Ketua Parkindo Kab.Banggai, Abd.Azis Larekeng, ketua pemuda,pelajar,mahasiswa Kab.Banggai, Pada Tahun 1964, Bupati pertama Bidin menyelengagarakan pemerintahan berbentuk Kewedanaan, sehingga pemerintahan ini disebut Daerah Swatantra Tingkat II (DASWATI) Kab.Banggai, Kepala Wedana Banggai darat di Luwuk Andi Ibrahim, membawahi 7 Distrik, dan Kepala Wedana Banggai laut di Banggai Sulaeman Amir, membawahi 7 Distrik. Pada saat Kabupaten ini dipimpin oleh Bupati kedua R.Atjeh Slamet, pemerintahan berbentuk Kabupaten Dati II Banggai dengan wilayah kekuasaan berbentuk Kecamatan, jumlah kecamatan pada 1964, 14 Kecamatan.sumber Buku Sejarah Kab.Banggai, Haryanto djalumang, yayasan Insancita Luwuk. - komentar tanpa tanda tangan dari 42.62.176.14

Dari Buku Sejarah Kabupaten Banggai, penulis Haryanto Djalumang, di Seminarkan Pemda Kab.Banggai,10 Maret 2012, terungkap bahwa HUT Kabupaten Banggai Tanggal 4 Juli 1959. Berdasarkan UU 29 Tahun 1959 Tanggal 4 Juli 1959 Tentang Pembentukan Kabupaten Dati II di Sulawesi. Selama ini HUT Kab Banggai dilaksanakan tgl 8 Juli 1960, tanpa dasar historis dan juridis. Daerah ini lahir atas perjuangan para leluhur yang ikhlas, tanpa pamrih, melalui sebuah wadah bernama "Badan Perjuangan Daerah Otonomi" (BPOD). Sebelum Kemerdekaan RI, di wilayah Kecamatan Pagimana, tepatnya Kampung Pala, setelah selesai Sholat Idhul Adha 1933, para pejuang Kemerdekaan menaikkan Bendera Merah Putih, dengan tokoh pejuang Abdau Masulili, TS.Bullah, SP.Makarao, Agulu Lagonah, AL.Lanasir, Jusuf Monoarfah. Di Luwuk, dengan gerakan pejuang RI melalui wadah Komite XII tanggal 13 Februari 1942, benderah merah putih berkibar di Kota Luwuk, dimarkas Kontroler Belanda (sekarang Kantor Polres Banggai), dipimpin dr.Notonegoro, AG.Mambu, AL. Lanasir, Jusuf Monoarfah, Ahmad Fulelkhan, Ince Umar Dahlan,dkk. Kabupaten Banggai merupakan bekas wilayah Kerajaan Banggai, secara historis mempunyai hubungan yang sangat erat antara kultur, struktur serta filosofisnya. Kerajaan Banggai terbentuk Tahun 1580, rajanya pertamanya ADI Cokro Mumbui Doi Jawa (Tuanku raja Cokro meninggal di tanah Jawa), mempunai keturunan Abukasim, Mandapar, Putri Saleh. Dari anaknya Mandapar inilah yang membuat Generasi turun-mrnurun memimpin raja kerajaan Banggai samapi keturunan raja terakhir ke 33 H.Sjokoeran Aminuddin Amir (SA.Amir). Hindia Belanda masuk dan menguassi wilayah kerajaan Banggai tahun 1906, disambut dengan perlawanan gerilya dari Talenga Janggo Item, Djanggo Puteh, Galanggusing di wilayah Lingketeng,Tambunan, Baloa, Pagimana (1906-1907), Talenga Laginda di Balantak, Lamala dan Masama (1911-1915). Pada tanggal 1 April 1908, raja Banggai ke 30 H.Abdurrahman dipaksa Pemerintah Hindia Belanda menandatangani KORTE VERKLARING (pelekat pendek), isinya kerajaan Banggai mendapat status sebagai zelfbestuurrende landschappen (daerah yang mempunyai pemerintahan sendiri) lepasa dari kekuasaan Sultan Ternate, namun tetap patuh pada aturan Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan staatblad nomor 365 tahun 1924 isinya, wilayah Sulawesi Tengah masuk dalam Keresidenan Manado dan terbagi dua wilayah AFDELING,partama Afdeling Donggala dan kedua Afdeling Poso, dan kerajaan Banggai masuk dalam wilayah Afdeling Poso sebagai ONDERAFDELING Banggai (1924-1959).

Memasuki abad ke-20, pemerintah kolonial Hindia Belanda mengikat hampir seluruh kerajaan lokal yang ada di Sulawesi Tengah, termasuk Kerajaan Banggai, dengan kontrak politik. Segala macam bentuk akte itu tentu saja menguntungkan Belanda. Bagi kerajaan yang membangkang, Belanda menumpasnya dengan kekerasan senjata. Selain itu, Belanda juga menerapkan politik pecah-belah dengan membagi-bagi wilayah yang dimiliki oleh sejumlah kerajaan. Kerajaan Banggai pun tidak luput dari politik rumusan Belanda itu, wilayahnya dipisahkan menjadi dua, yakni Banggai Daratan dan Banggai Lautan atau Banggai Kepulauan.

Tahun 1905, Belanda membagi Sulawesi menjadi dua provinsi yaitu Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Gubernur dan residen secara organisatoris berada langsung di bawah Gubernur Jenderal yang berkedudukan di Batavia. Tiap-tiap provinsi dibagi lagi dalam beberapa afdeeling yang dikepalai oleh asisten residenberkebangsaan Belanda. Selanjutnya, masing-masing afdeeling masih dibagi pula dalam beberapa onderafdeeling yang dipimpin oleh seorang controleur. Wilayah kekuasaan Kerajaan Banggai termasuk ke dalam area Onderafdeeling Banggai. Di bawah pemerintahan onderafdeeling inilah diterapkan pemerintahan distrik danlandschap (kerajaan) yang dikepalai oleh kepala distrik atau oleh raja yang diakui oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Dengan demikian, Kerajaan Banggai sepenuhnya berada di bawah cengkeraman penjajah. Segala bentuk aktivitas politik kerajaan diawasi oleh Belanda, termasuk dalam penobatan dan penurunan raja. Beberapa nama raja yang tercatat pernah memimpin Kerajaan Banggai pada periode pemerintah kolonial Hindia Belanda ini antara lain Raja Nurdin, Raja Abdul Azis, Raja Abdul Rahman, dan Raja Haji Awaludin. Belanda mengontrol pemerintahan internal Kerajaan Banggai hingga kedatangan Jepang pada tahun 1942.

Sesaat sebelum Jepang tiba di Banggai, gerakan perlawanan terhadap Belanda yang dikobarkan rakyat berada pada titik didih. Tanggal 12 Februari 1942, kaum pejuang Banggai berhasil menyekap aparat pemerintah kolonial Hindia Belanda dan mengibarkan bendera Merah Putih di Luwuk (kelak menjadi ibukota Kerajaan Banggai). Belanda semakin terpuruk ketika pada 15 Mei 1942 Jepang mendarat di Luwuk. Awalnya, kedatangan balatentara “saudara tua” itu disambut dengan baik, apalagi sebelumnya Jepang telah menyiarkan propaganda yang menarik hati rakyat. Namun, kehadiran pendudukan Jepang malah semakin membuat rakyat Banggai menderita.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang dinyatakan pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak lantas menciptakan kondisi yang ideal bagi rakyat Banggai.Belanda yang kembali datang dengan membonceng Sekutu, membikin ulah dan mendeklarasikan Negara Indonesia Timur (NIT) pada tanggal 24 Desember 1946. Dalam naskah pembentukan NIT, Bab III Pasal 14 Ayat 1 Sub 5e, disebutkan:
”Daerah Sulawesi Tengah terdiri dari resort afdeeling Poso dan Donggala yang meliputi kerajaan-kerajaan termasuk Tojo, Poso, Lore, Una-Una, Bungku, Mori, Banggai, Banawa, Tawaeli, Palu, Sigi, Dolo, Kulawi, Parigi, Moutong, dan Toli-Toli”. Kondisi ini berlangsung hingga pengakuan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949.

Tokoh pamungkas yang bertindak selaku Raja Banggai yang masih status sebagai kerajaan adalah Raja Haji Syukuran Aminuddin Amir yang bertahta hingga tahun 1957. Pada era kepemimpinan Raja Banggai yang terakhir ini, kedudukan ibukota kerajaan dipindahkan dari Banggai Kepulauan ke Banggai Daratan atau tepatnya di Luwuk. Tahun 1959, wilayah Kerajaan Banggai resmi menjadi Daerah Swantara atau setingkat dengan kabupaten.

Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964, Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah terbentuk dimana Kabupaten Banggai termasuk di dalamnya. Pasca Reformasi, Kabupaten Banggai dimekarkan dengan penambahan satu kabupaten baru, yakni Kabupaten Banggai Kepulauan, pada tahun 1999.Tobelombang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Nuhon Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Jaraknya sekitar 425 km dari Kota Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah.
Tobelombang, terletak pada -0.95 (0° -57'0 Lintang Selatan) and a longitude dan 122 (122° 0' 0 Bujur Timur).
Tobelombang dikenal sebagai Perkebunan Kelapa pada zaman Belanda. Perkebunan kelapa ini dimulai sejak tahun 1915. Tempat ini telah dikunjungi wisatawan asing yang senang akan wisata sejarah pada masa lampau. Anda masih adapat menyaksikan sisa Peninggalan bersejarah di tempat ini dan di sekitar objek wisata ini terbentang pula pemandangan alam yang indah di sekitarnya.
Di Tobelombang terdapat empat nama perkampungan, yaitu (1) Bandungan, (2) Sawah, (4) Poposon, dan (4) Pante. Dinamakan Bandungan, karena pada zaman Belanda dulu di daerah perkampungan ini terletak beberapa buah bendungan yang sengaja dibuat oleh Pemerintah Kolonial Belanda.

Sejarah dan penyebarannya



Beberapa monograf dapat dianggap sebagai sebuah antologi peta yang, seperti semua antologi, mencerminkan selera dan kesukaan dari kolektor. Hal ini juga mungkin bisa disamakan dengan sebuah buku reproduksi karya seni, dalam arti bahwa ilustrasi tersebut, bahkan dengan komentar yang menyertainya, tidak bisa benar-benar melakukan keadilan dengan aslinya. Dalam hal ini, banyak ilustrasi dalam warna hitam dan putih, banyak yang dikurangi dalam skala, dan beberapa hanyalah fragmen, (re-) interpretasi, atau rekonstruksi. Tapi mereka akan melayani tujuan mereka jika Anda didorong dengan membaca buku ini untuk melihat peta kritis, untuk memahami kekuatan dan keterbatasan, untuk menghargai mereka estetis, untuk menggunakannya secara lebih cerdas.
Menjadi yang pertama dalam serangkaian monograf, mungkin bermanfaat untuk mendefinisikan beberapa istilah. Sebuah kendala konseptual dalam sejarah kartografi telah kebingungan atas makna yang terkait dengan "peta" dalam periode waktu yang berbeda dan pengaturan budaya. Dalam arti, menurut JB Harley, subjek telah menjadi tawanan etimologinya sendiri. Masalah mendasar adalah bahwa dalam bahasa kuno tidak ada kata eksklusif untuk apa yang sekarang kita sebut sebagai peta. Dalam bahasa Eropa seperti Inggris, Polandia, Spanyol, dan Portugis, misalnya, peta kata berasal dari kata Latin Mappa, yang berarti kain. Dalam sebagian besar bahasa-bahasa Eropa lainnya, kata-kata yang digunakan untuk peta - Prancis carte, carta Italia, Rusia karta - berasal dari bahasa Latin Akhir carta, yang berarti apapun dari dokumen formal dan itu sendiri berasal dari kata Yunani yang berarti Chartes, papirus. Dalam bahasa India kebanyakan kata untuk peta berasal dari naqshah Arab, tetapi makna lain yang melekat padanya termasuk "gambar", "gambaran umum", dan bahkan "laporan resmi". Di Cina, tu [atau t'u] adalah tidak kurang ambigu; selain "peta", dapat juga berarti "gambar atau diagram apapun". Di Rusia, misalnya, kata untuk gambar kartina, dan pada kenyataannya di banyak masyarakat awal sejarah, orang-orang Eropa abad pertengahan dan Renaissance, misalnya, itu adalah umum untuk menggunakan kata-kata seperti "gambar" atau "deskripsi" untuk apa yang kita hari ini akan memanggil peta. Jadi pertanyaan yang tampaknya sederhana, "Apa itu peta?" Menimbulkan masalah penafsiran yang kompleks. Masalah ini paling akut dalam studi artefak dari masyarakat sangat awal. Para kartografer Prancis JL Lagrange menulis pada tahun 1770: "Sebuah peta geografis adalah sosok pesawat yang mewakili permukaan bumi, atau bagian dari itu", dan, dalam Sejarah Kartografi terbaru, Volume One (1987), "Peta ini grafis representasi yang memfasilitasi pemahaman spasial hal, konsep, kondisi, proses, atau peristiwa di dunia manusia ". Tentu saja ada kata lain selain "peta".
Etimologi dari "grafik" kata [Karte] juga menarik. Satu penjelasan jejak kata kembali ke kata-kata Yunani (GES) periodos, Pinax [berarti "sirkuit bumi" atau "lukisan"] yang sesuai dengan sculop Latin [untuk mengukir pada batu atau logam, meskipun ada juga kata Latin forma yang berarti "bentuk". Meskipun dalam peta dunia kuno memang sering diukir di batu, kayu, dan logam, dan orang-orang primitif mungkin dipraktekkan dalam pembuatan peta-lukisan batu mereka, kata tampaknya agak telah datang dari kata Cartes [kertas], pertama kali digunakan untuk menunjukkan peta di Portugal, dari mana ia masuk ke Spanyol dan Italia. Para Charta kata Latin, yang juga dilewatkan ke dalam semua bahasa Romantis, juga diturunkan dari kata Yunani untuk kertas. Para Karte Kata diperkenalkan ke Jerman sehari-hari oleh Laurent Fries, kartografer, mungkin dari Alsace, yang pada 1525 menerbitkan sebuah buku kecil, Yslegung der oder Mercarthen Charta Marina, sebagai teks deskriptif untuk peta dunianya, yang diterbitkan pada tahun yang sama. Kata ini digunakan landcharte dalam bahasa Jerman dari abad ke-17. Di Roma kuno peta disebut tabula a; dalam bahasa kedua kata Yunani dan Latin ini berarti "luas, representasi gambar". Imago mundi Ekspresi [gambar dunia], diciptakan dalam Abad Pertengahan, adalah lebih eksplisit. Para Mappa Ekspresi mundi [Mappa: patch, kain, bahan] juga sangat banyak digunakan selama periode ini. Kata "grafik" bahasa Inggris atau "kartu", diperkenalkan dari Belanda dengan grafik Belanda, telah dipertahankan secara eksklusif untuk peta aeronautika dan bahari, sementara kata "peta" lebih sering digunakan untuk peta terestrial, dan juga, dalam arti lebih luas, untuk merangkul semua jenis delineasi kartografi.
Dalam dunia modern peta melakukan sejumlah fungsi yang signifikan, di antaranya adalah digunakan sebagai: alat yang diperlukan dalam pemahaman fenomena spasial, sebuah perangkat yang paling efisien untuk penyimpanan informasi, termasuk tiga-dimensi data, dan penelitian fundamental alat memungkinkan pemahaman tentang distribusi dan hubungan sebaliknya tidak dikenal atau tidak sempurna dipahami. Sebuah pengetahuan tentang peta dan isinya tidak otomatis - itu harus dipelajari, dan itu penting bagi orang-orang berpendidikan tahu tentang peta meskipun mereka mungkin tidak dipanggil untuk membuat mereka. Peta telah menjadi salah satu kelompok memilih media komunikasi tanpa yang, McLuhan telah menyarankan, "dunia ilmu pengetahuan modern dan teknologi tidak akan ada."
Beberapa titik-titik ini juga berlaku untuk "kartografi" kata. Kata ini merupakan neologisme, yang diciptakan oleh Manuel Francisco de Barros e Sousa, Viscount dari Santarem, pada pertengahan abad ke-19 dengan referensi khusus untuk mempelajari peta awal. Arti dari kata kartografi, bagaimanapun, telah berubah sejak hari itu Santarem. Ini telah diperluas untuk meliputi seni dan ilmu pembuatan peta kontemporer, serta studi tentang peta awal. Oleh karena itu, "sejarah kartografi" telah sering menjadi sumber kebingungan. Sebagai contoh, untuk beberapa perbedaan antara "sejarah kartografi" dan "kartografi sejarah" masih tetap belum jelas, seringkali dipekerjakan sebagai sinonim oleh beberapa penulis. Sebagai cabang dari usaha manusia, ilmu atau studi tentang pembuatan peta, kartografi, memiliki sejarah panjang dan menarik yang mencerminkan bukan persepsi-satunya pria di dunia, tetapi juga negara aktivitas budaya di periode yang berbeda. Dilihat dalam perkembangannya melalui waktu, peta merupakan indikator yang sensitif dari pemikiran perubahan manusia, dan beberapa dari karya-karyanya tampaknya mencerminkan seperti sebuah cermin yang sangat baik dari budaya dan peradaban. Peta manusia purba, pra-tanggal yang bentuk lain dari komunikasi tertulis, adalah upaya untuk menggambarkan distribusi bumi grafis dalam rangka untuk lebih memvisualisasikan mereka, seperti yang orang-orang primitif, peta awal melayani kebutuhan fungsional yang spesifik.
Kartografi, seperti arsitektur, memiliki atribut dari kedua ilmiah dan mengejar artistik, sebuah dikotomi yang tentu tidak memuaskan didamaikan dalam semua presentasi. Beberapa peta yang sukses di layar mereka materi tetapi secara ilmiah tandus, sementara di lain sebuah pesan penting dapat dikaburkan karena kemiskinan presentasi. Sebuah variasi menakjubkan dari peta yang ada untuk melayani berbagai tujuan. Sebagai representasi keyakinan dan ideologi - berakar pada budaya tertentu dan institusi - serta "fractual" gambar pengetahuan ilmiah, peta yang semakin diakui sebagai menyentuh subyek dari berbagai disiplin ilmu ilmiah. Kartografi melintasi baris-baris disiplin sampai batas lebih besar dari mata pelajaran yang paling. Tidak ada satu orang atau bidang studi yang mampu merangkul seluruh bidang, dan kartografer, seperti pekerja di kegiatan lain, telah menjadi lebih dan lebih khusus dengan keuntungan dan kerugian yang ini pasti membawa.
Pentingnya peta - dan banyak makna mereka di masa lalu - berasal dari fakta bahwa orang membuat mereka untuk memberitahu orang lain tentang tempat atau ruang yang mereka alami. Peta merupakan bahasa grafis khusus, sebuah alat komunikasi yang telah mempengaruhi karakteristik perilaku dan kehidupan sosial umat manusia sepanjang sejarah. Mereka telah sering disajikan sebagai bank memori untuk data spasial dan sebagai mnemonik dalam masyarakat tanpa kata dicetak dan dapat berbicara di seluruh hambatan bahasa biasa, merupakan bahasa yang umum digunakan oleh laki-laki dari berbagai ras dan lidah untuk mengungkapkan hubungan masyarakat mereka ke geografis lingkungan. Ini berarti bahwa sepanjang sejarah peta telah lebih dari sekedar jumlah dari proses teknis atau keahlian dalam produksi mereka dan lebih dari sekadar gambar statis konten mereka membeku dalam waktu. Memang, riwayat peta diperparah oleh serangkaian interaksi yang rumit, yang melibatkan niat mereka, gunakan mereka dan tujuan mereka, serta proses pembuatan mereka. Kajian sejarah peta mungkin, karena itu, membutuhkan pengetahuan dari dunia nyata, atau apa pun yang sedang dipetakan, sebuah pengetahuan penjelajah atau pengamat, sebuah pengetahuan tentang pembuat peta dalam arti sempit sebagai pencetus artefak; pengetahuan dari peta itu sendiri sebagai obyek fisik, pengetahuan tentang konteks budaya kontemporer (sosial-politik-agama-ideologi pengaruh), dan pengetahuan pengguna (atau, lebih dari mungkin, komunitas pengguna peta).
Hal ini diasumsikan bahwa kartografi, seperti seni, pra-tanggal tertulis; seperti gambar, simbol peta cenderung lebih universal dipahami daripada yang verbal atau tertulis. Peta yang dihasilkan oleh orang-orang primitif kontemporer telah disamakan dengan apa yang disebut peta prasejarah. Ukiran tertentu pada tulang dan petroglyphs telah diidentifikasi sebagai peta rute prasejarah, meskipun menurut definisi yang ketat, mereka mungkin tidak memenuhi syarat sebagai "peta". Kartografi artefak yang dihasilkan oleh masyarakat usia sebelumnya ditandai oleh variasi dalam tujuan, simbolisme, sisik, dan bahan. Maklum, hanya sebagian kecil dari peta yang diproduksi di usia sebelumnya telah selamat, tetapi dalam beberapa kasus kita tahu karya-karya ini hilang melalui catatan tertulis. Sementara meskipun peta tidak menjadi benda sehari-hari di banyak daerah di dunia sampai Renaisans Eropa dan munculnya pencetakan, telah ada relatif sedikit masyarakat mapless didokumentasikan di dunia pada umumnya. Peta demikian keduanya sangat kuno dan sangat luas. Hilangnya peta awal banyak dapat dikaitkan dengan sifat bahan yang digunakan untuk konstruksi mereka, yang sering militated terhadap pelestarian mereka. Jadi, logam berharga sering meleleh ke bawah dan perkamen yang didaur ulang untuk digunakan untuk tujuan lain. Atau, bahan kurang awet cepat memburuk, terutama ketika dibawa ke sebuah iklim yang berbeda, atau dihancurkan oleh perang, kebakaran, atau cara lain. Penghancuran peta adalah masalah yang terus berlanjut bahkan sampai hari ini, terutama karena informasi yang dikandungnya dapat dengan cepat keluar dari tanggal sehingga mereka diperlakukan sebagai sesuatu yg tdk kekal, atau karena mereka memiliki data yang bersifat strategis yang tidak untuk disebarluaskan.
Seperti disebutkan sebelumnya, peta awal banyak, terutama yang sebelum munculnya teknik cetak produksi massal, yang dikenal hanya melalui deskripsi atau referensi dalam literatur (memiliki baik tewas atau hilang). Jelas ini menimbulkan masalah untuk sejarawan kartografi. Dalam karya ini, rekonstruksi peta yang masih ada tidak lagi digunakan di tempat asli atau asli diasumsikan. Rekonstruksi dari peta seperti itu muncul dalam kronologi yang benar dari aslinya, terlepas dari tanggal rekonstruksi. Semua rekonstruksi adalah, untuk tingkat yang lebih besar atau lebih kecil, produk dari compiler dan teknologi pada zamannya. Oleh karena itu, rekonstruksi yang digunakan di sini hanya untuk menggambarkan konsep geografis umum dari periode di mana peta asli hilang dibuat. Namun demikian, rekonstruksi peta yang diketahui telah ada, dan yang telah membuat waktu yang lama setelah asli hilang, dapat menjadi perhatian besar dan utilitas untuk sarjana. Kemungkinan termasuk untuk informasi spesifik yang tersedia untuk compiler dan orang-orang yang dijelaskan atau hanya disebut dalam literatur. Dari urutan yang berbeda, tetapi juga dari bunga, adalah mereka peta dibuat dalam waktu relatif baru yang dirancang untuk mengilustrasikan ide-ide geografis orang tertentu atau kelompok di masa lalu tapi tidak disarankan oleh peta dikenal.
Beberapa peta direkonstruksi / pandangan dunia yang ditemukan di sini telah dibangun di zaman modern menggunakan referensi terbaik tekstual yang tersedia. Rekonstruksi lain yang jauh lebih tua, seperti biksu Byzantium Maximus Planudes (1260-1310), yang, setelah pencarian yang panjang, menemukan sebuah manuskrip dari Geographia dari Aleksandria Claudius Ptolemy astronom (abad ke-2), dan merayakan temukan dalam ayat . Karena peta yang hilang, ia menarik diri dari mereka indikasi dalam teks kuno, dan ketika pekerjaan itu selesai, ia diperingati dalam ayat ini juga. Setelah jatuhnya Bizantium pada tahun 1453, penakluk nya, Sultan Turki Mohammed II, ditemukan di perpustakaan yang dia warisi dari para penguasa Bizantium suatu naskah Geographia Ptolemeus, yang tidak memiliki dunia-peta, dan ia menugaskan Georgios Aminutzes, seorang filsuf dalam rombongannya, untuk menyusun peta dunia berdasarkan teks Ptolemy. Dia tahu itu akan keluar dari tanggal, tapi itu adalah persis apa yang diinginkannya - peta kuno, untuk mengabadikan itu, dia juga memiliki karpet tenunan dari gambar.
Banyak perpustakaan dan koleksi yang tidak dalam peta melestarikan kebiasaan yang mereka anggap "usang" dan hanya dibuang mereka. Pada jaman dulu peta ini dianggap bahan fana, seperti surat kabar dan pamflet, dan besar dinding-peta menerima pengobatan terutama ceroboh karena mereka sulit untuk menyimpan. Tapi apa yang membuat peta terestrial awal sehingga menarik? Kenapa mereka harus dikumpulkan, dipelajari dan dilestarikan? Tiga alasan utama dapat disarankan:

• peta menyediakan bahan untuk penelitian sejarah, khususnya di
      sejarah peradaban dan ilmu pengetahuan;
• peta adalah karya seni, dan
• peta mewujudkan tingkat upaya intelektual dan pencapaian yang
      membuat mereka layak koleksi.

Peta tua, disusun dengan bahan lain, membantu kita untuk menjelaskan perjalanan sejarah manusia. Ketika, pada tahun 1918, lantai mosaik ditemukan di gereja Transjordanian kuno Madaba menampilkan peta Palestina, Syria dan bagian dari Mesir, seluruh rangkaian reproduksi dan risalah diterbitkan tentang geografi Palestina pada waktu itu. Peta menjawab banyak pertanyaan larut atau diperdebatkan sampai sekarang, misalnya pertanyaan ke mana Perawan Maria bertemu dengan ibu dari Yohanes Pembaptis. "Dan Maria muncul pada hari-hari, dan pergi ke pegunungan dengan tergesa-gesa, ke sebuah kota Yehuda" (Lukas 1.39). Di mana negara ini bukit? Dikatakan bahwa sebagai malaikat Jibril muncul untuk Zakaria di suci suci, Zakaria pasti sudah Imam Besar dan telah tinggal di Yerusalem, Yohanes Pembaptis kemudian akan lahir di Yerusalem. Tapi Yerusalem bukan 'kota Yehuda'. Beberapa melihat di Hebron di 'bukit negara', sebuah tempat yang telah untuk waktu yang lama menjadi kota Lewi terkemuka, sementara yang lain berpendapat bahwa Juna adalah kota Lewi yang bersangkutan. Banyak solusi untuk masalah ini diajukan, tapi itu diselesaikan sekali dan untuk semua oleh peta Madaba, yang menunjukkan, antara Yerusalem dan Hebron, sebuah tempat yang bernama Beth Zachari: rumah Zakharia. Penggalian di situs ini mengungkapkan fondasi gereja kecil, dengan sebuah fragmen dari sebuah mosaik yang berisi nama "Zakharia".
Serangkaian peta suatu daerah, diatur dalam urutan kronologis, dapat menunjukkan dengan jelas bagaimana hal itu ditemukan, dieksplorasi oleh wisatawan dan dijelaskan secara rinci; ini dapat dilihat dalam atlas faksimili seperti Amerika (K. Kretschner, 1892), Jepang ( P. Teleki, 1909), Madagaskar (Gravier, 1896), Albania (Nopcsa, 1916), Spitzbergen (wieder, 1919), barat laut Amerika (Wagner, 1937), dan lain-lain. Serangkaian peta daerah pesisir (misalnya, bahwa dari Belanda atau Friesland) atau dari muara sungai (Po, Mississippi, Volga, Sungai Kuning atau rendah) memberikan informasi tentang tingkat perubahan dalam garis besar dan menyebabkan mereka. Perbandingan peta pelancong 'dari berbagai periode menunjukkan perkembangan dan perubahan rute atau jalan-bangunan dan memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan dari setiap jenis tentang perkembangan atau pembusukan peternakan, desa dan kota.
Peta awal adalah penting sebagai karya seni. Untuk mulai dengan, mereka umumnya digambar dengan tangan pada perkamen atau kertas, dan kemudian dicat. Mereka artistik harta-rumah, yang seringkali dihiasi dengan miniatur baik menggambarkan kehidupan dan kebiasaan di negeri-negeri yang jauh, berbagai jenis kapal, mantel-of-senjata, potret para penguasa, dan sebagainya. Jika mereka menjadi hadiah, maka, seperti dalam lukisan gereja besar, potret penerima dan donor juga sering ditambahkan. Dari paruh kedua abad ke-15, peta yang dicetak dari ukiran kayu dan dari pelat tembaga yang diukir. Selama masa transisi, peta masih dihiasi dengan sketsa artistik, potret, pemandangan kota, gambar masyarakat berbagai pakaian nasional mereka, adegan berburu, dan sebagainya, dan hamparan air yang ditutupi dengan gelombang, kapal dan monster laut. Pegunungan dan hutan yang digambarkan sebagai mereka muncul di alam, bukan dengan tanda konvensional / simbol. Seniman catatan, seperti Albrecht Dürer dan Hans Holbein, sering bekerja sama dalam produksi peta dan tidak hanya dijalankan piring, tetapi juga digunakan keterampilan mereka dalam mewarnai cetakan. Peta juga sering digunakan murni untuk dekorasi, mereka dilengkapi desain untuk permadani Gobelins, terukir di piala emas dan perak, tabel, dan permata-peti, dan digunakan dalam lukisan, mosaik, dll itu tidak sampai abad ke-18, namun , bahwa peta secara bertahap dilucuti dekorasi artistik dan berubah menjadi dataran, spesialis sumber informasi berdasarkan pengukuran.
Sebagai mediator antara dunia mental dalam dan luar dunia fisik, peta merupakan alat mendasar membantu pikiran manusia memahami alam semesta yang pada berbagai skala. Selain itu, seperti yang disebutkan sebelumnya, mereka tidak diragukan lagi salah satu bentuk tertua komunikasi manusia. Ada mungkin telah selalu menjadi impuls pemetaan dalam kesadaran manusia, dan pengalaman pemetaan - melibatkan pemetaan kognitif ruang diragukan lagi ada jauh sebelum artefak fisik yang sekarang kita sebut peta.
Sebuah peta muncul pada pandangan pertama sebagai perangkat ikonik yang relatif sederhana. Memang, banyak dari daya tarik universal adalah bahwa jenis peta sederhana dapat dibaca dan diinterpretasikan dengan hanya sedikit pelatihan. Sepanjang sejarah, meskipun cara melihat peta harus dipelajari bahkan dalam masyarakat lisan, keaksaraan resmi belum prasyarat bagi mereka harus dibuat atau membaca. Antropolog telah mengatakan bahwa "membuat dan membaca dari dua dimensi peta hampir universal di antara umat manusia, sedangkan membaca dan menulis skrip linier merupakan prestasi khusus yang terkait dengan tingkat kecanggihan yang tinggi sosial dan teknis." Jadi peta telah dikaitkan dengan budaya yang berbeda dalam pembangunan sosial atau teknologi, sedangkan penelitian psikologi modern telah menunjukkan bahwa anak-anak dapat memperoleh arti dari peta (dan memang menarik mereka) dari usia dini.
Crone mengatakan bahwa "peta dapat dipertimbangkan dari beberapa aspek, sebagai laporan ilmiah, sebuah dokumen sejarah, sebuah alat penelitian, dan sebuah benda seni. Peta merupakan cermin yang sangat baik dari budaya dan peradaban ", tetapi mereka juga lebih dari sekedar refleksi: peta di kanan mereka sendiri memasuki proses sejarah melalui hubungan timbal balik terstruktur. Pengembangan peta, apakah itu terjadi di satu tempat atau di sejumlah tungku independen, jelas suatu kemajuan konseptual - kenaikan penting untuk teknologi intelek - yang dalam beberapa hal dapat dibandingkan dengan munculnya melek huruf atau berhitung .
Sejarah kartografi mewakili lebih dari sejarah teknis dan praktis dari artefak. Ini juga dapat dipandang sebagai suatu aspek dari sejarah pemikiran manusia, sehingga sementara studi teknik yang mempengaruhi media pemikiran yang penting, itu juga mempertimbangkan signifikansi sosial dari inovasi kartografi dan cara telah dilanggar peta pada sisi lain dari sejarah manusia mereka sentuh.

Konteks Sejarah: Kartografi Prasejarah
Satu-satunya bukti yang kita miliki untuk pembuatan peta kecenderungan dan bakat dari penduduk Eropa dan bagian-bagian yang berdekatan dari Timur Tengah dan Afrika Utara selama periode prasejarah adalah tanda-tanda dan desain pada bahan yang relatif tidak bisa dihancurkan. Hal ini mungkin, mengingat prevalensi kegiatan tersebut dalam zaman sejarah di kalangan masyarakat adat, bahwa representasi kartografi tambahan dibuat oleh manusia prasejarah pada bahan yang lebih singkat seperti pasir, menyembunyikan, kulit kayu, dan debu lantai gua. Semua bukti yang masih hidup, bagaimanapun, menunjukkan bahwa gambaran kartografi dalam seni batu prasejarah merupakan bagian yang sangat kecil dari jumlah total seni yang. Bahkan di Valcamonica, yang relatif kaya seni cadas prasejarah dan telah dengan baik dicari, "angka topografi" nomor setengah lusin hanya dari total 180.000 kasar angka yang tercatat 70-6 situs. Kelangkaan penggambaran kartografi yang sangat memprovokasi kepentingan motivasi di balik produksi mereka.
Meskipun beberapa pertanyaan akan selalu tetap belum terjawab, tidak ada keraguan bahwa batu prasejarah dan seni mobiliary secara keseluruhan merupakan kesaksian utama ekspresi manusia purba tentang dirinya sendiri dan pandangan dunianya. Hal ini beralasan untuk mengharapkan beberapa bukti dalam seni tata ruang kesadaran masyarakat. Tapi ketika datang untuk menyusun neraca bukti untuk peta prasejarah, kita harus mengakui bahwa bukti adalah lemah dan tentu saja tidak meyakinkan. Sejarawan dari kartografi, mencari peta dalam seni Eropa prasejarah dan daerah yang berdekatan, berada dalam posisi yang sama persis seperti setiap sarjana lain yang ingin menafsirkan isi, fungsi, dan makna seni itu. Kesimpulan harus dibuat tentang keadaan pikiran dipisahkan dari sekarang tidak hanya oleh ribuan tetapi juga - di mana etnografi adalah dipanggil ke dalam pelayanan untuk membantu menerangi bukti prasejarah - oleh jarak geografis dan konteks budaya yang berbeda dari benua lain.
Meskipun semua kesulitan ini, sejumlah pernyataan dapat dibuat dengan keyakinan. Ada, misalnya, bukti yang jelas dalam seni prasejarah Eropa yang peta - gambar grafis permanen epitomizing distribusi spasial dari objek dan peristiwa - sedang dibuat sebagai awal Paleolitik Atas. Bukti yang sama menunjukkan juga, bahwa konsep dasarnya kartografi representasi dalam rencana sudah digunakan dalam periode tersebut. Selain itu, ada bukti yang cukup untuk penggunaan tanda-tanda kartografi dari setidaknya periode pasca-Paleolitik. Dua dari gaya peta dasar dari periode sejarah, peta gambar (perspektif melihat) dan rencana (tampilan ichnographic), juga memiliki rekan-rekan prasejarah mereka. Pentingnya manusia prasejarah ide kosmologis tercermin dalam catatan kartografi. Kurang jelas, bagaimanapun, adalah bukti untuk pemetaan langit. Kurangnya bukti representasi didefinisikan secara jelas rasi bintang di art rock, yang harus mudah dikenali, tampak aneh dalam pandangan asosiasi fitur langit dengan keyakinan agama atau kosmologis, meskipun bintang dimengerti jika digunakan hanya untuk hal-hal praktis seperti navigasi atau sebagai kalender pertanian. Apa yang tentu berbeda adalah tempat dan pentingnya peta pada zaman prasejarah dibandingkan dengan zaman sejarah, suatu aspek yang terkait dengan masalah yang jauh lebih luas dari organisasi sosial, nilai-nilai, dan filosofi dari dua jenis yang sangat berbeda kultur, lisan dan membaca itu.

Babylonian Cartography
http://cartographic-images.net/Cartographic_Images/INTRODUCTION_A_files/droppedImage_1.png

Meskipun kekayaan peradaban di Babilonia kuno dan pemulihan seluruh arsip dan perpustakaan, segelintir peta Babel sejauh ini telah ditemukan. Di Mesopotamia penemuan oleh bangsa Sumeria menulis runcing di milenium keempat SM membuka jalan untuk produksi peta. Mereka terkesan pada tablet tanah liat kecil seperti yang umumnya digunakan oleh prasasti cuneiform Babel untuk dokumen, media yang harus telah membatasi ruang lingkup kartografer itu. Lainnya runcing tablet dari periode antara 2.500 dan 2.200 SM termasuk daftar panjang nama-nama tempat, sungai dan pegunungan. Teks pada tablet ini, yang diambil dari sumber-sumber sebelumnya yang mencapai kembali sejauh awal milenium ketiga SM, mungkin telah digunakan untuk mengajar atau mungkin tujuan militer, tetapi apakah mereka menyarankan keberadaan peta tidak pasti. Fakta bahwa Raja Sargon dari Akkad adalah membuat ekspedisi militer ke arah barat dari sekitar 2.330 SM akan menjelaskan dimasukkannya tempat-tempat sejauh barat Mediterania. Kemudian kita menghadapi perjalanan, mengacu baik untuk militer atau ekspedisi perdagangan dan memberikan indikasi sejauh pengetahuan geografis Babilonia pada tanggal awal. Mereka tidak pergi sejauh untuk merekam jarak, tetapi mereka menyebutkan jumlah malam dihabiskan di setiap tempat, dan kadang-kadang termasuk catatan atau gambar lokalitas melewati. Seperti dalam prasasti Yunani dan Romawi, beberapa dokumen mencatat batas-batas negara atau kota.
Babel dicatat matematikawan dan astronom. Di bidang mantan, antara lain, mereka mencapai pendekatan yang sangat dekat untuk √ 2, yaitu 1,414213. Divisi kami menjadi 60 dan 360 untuk menit, detik dan derajat adalah warisan langsung dari Babel, yang berpikir dalam istilah-istilah ini. Mereka memiliki notasi sexagesimal, misalnya, 70 dinyatakan sebagai 1,10.
Babel terbuka untuk wisatawan dari segala arah. Program dari sungai Tigris dan Efrat menawarkan rute utama ke dan dari utara, dan barat laut, dan Teluk Persia diperbolehkan kontak dengan laut di sepanjang pantai Saudi dan timur ke India. Hal ini tidak mengherankan, karena itu, untuk menemukan budaya urban yang Sumeria dikembangkan selama milenium keempat SM menyebar sampai jauh melalui perdagangan dan penaklukan. Babel pengetahuan itu diwariskan kepada orang Yunani dengan Berosus (ca. 290 SM) dan lain-lain. Untuk contoh kartografi Babel, lihat # 100A dan # 101.

Mesir Kartografi
Mesir, yang memiliki pengaruh yang begitu kuat pada peradaban kuno tenggara Eropa dan Timur Dekat, telah meninggalkan kami ada dokumen kartografi lebih banyak dari tetangganya Babilonia. Pengetahuan geografis, bagaimanapun, sangat dikembangkan di Mesir awal. Firaun mengatur kampanye militer, misi perdagangan, dan ekspedisi bahkan murni geografis untuk mengeksplorasi berbagai negara. Salah satu awal dari perjalanan tersebut kita kenal dilakukan di tahun-tahun 1,493-92 SM melalui laut ke tanah Punt [mungkin Ethiopia / Somaliland]. Hal ini dijelaskan dalam sebuah prasasti di Kuil Der-el-Bahri di mana kapal yang digunakan untuk perjalanan ini adalah digambarkan, tetapi tidak ada peta. Herodotus menceritakan pelayaran lain, di bawah Firaun Necho (ca. 596-94 SM) di mana orang Mesir berlayar ke Laut Merah, sepenuhnya di sekitar Afrika, dan kembali ke Alexandria dengan cara Pilar Hercules [Selat Gibraltar]. Potongan lain dari informasi geografis dapat ditemukan dalam prasasti-prasasti pada dinding candi dan dalam papirus, tetapi tanpa peta.
Tidak dapat diragukan lagi, bagaimanapun, bahwa orang Mesir kuno telah gambar kadaster. Mesir diragukan lagi tanah pengukuran yang akurat. Sejak awal banyak daerah yang dicakup oleh banjir tahunan Sungai Nil itu, setelah retret mereka, akan kembali disurvei dalam rangka untuk menetapkan batas-batas yang tepat dari properti. Survei dilakukan, terutama di kotak, oleh surveyor profesional dengan tali tersimpul. Namun, pengukuran plot lingkaran dan segitiga adalah dipertimbangkan: nasihat tentang ini, dan rencana, diberikan dalam Papyrus Matematika Rhind ca. 1.600 SM Piramida Besar, pada denah persegi, dibangun tidak hanya dengan orientasi yang tepat ke empat poin kompas tetapi dengan perbedaan yang sangat kecil dalam dimensi sisi.
Sejauh kartografi prihatin, mungkin pencapaian terbesar yang masih ada Mesir diwakili oleh Papyrus Turin, dikumpulkan oleh Bernardino Drovetti sebelum 1824 (lihat monografi # 102). Hal ini jelas bahwa orang Mesir sangat akrab dengan skala besar kartografi dan bahwa pembuat rencana ini diperlakukan subjek mereka dengan cara yang rapi dan formal seni khas dinasti. Meskipun prevalensi re-survei, ada peta survei telah bertahan dari dinasti Mesir. Dari Ptolemeus Mesir ada rencana persegi kasar tanah yang disurvei menyertai teks Lille Papirus saya, sekarang di Paris, juga dua dari harta Apollonius, Menteri Ptolemeus II. Teknik survei canggih diperkenalkan oleh matematikawan Aleksandria diterapkan, tetapi sampai sejauh mana mereka digunakan dalam praktek kita tidak tahu. Meskipun Mesir dikreditkan dengan penemuan geometri, tidak ada peta geografis selamat. Juga, sampai saat ini belum ada contoh-contoh hidup yang menunjukkan bahwa orang Mesir berusaha deskripsi, gambaran atau mencoba untuk menyampaikan konsep mereka tentang seluruh dunia atau dikenal.
Greek and Roman Cartography
http://cartographic-images.net/Cartographic_Images/INTRODUCTION_A_files/droppedImage.jpg

Peradaban Yunani dimulai pada Zaman-Mycenaean Minoan (2,100-1,100 SM) dan bisa dibilang terus jatuhnya kekaisaran Byzantium dan Trebkond pada abad ke 15 Di rentang sekitar tiga ribu tahun, prestasi utama dalam kartografi Yunani terjadi dari sekitar abad 6 SM untuk pekerjaan memuncak Ptolemy pada abad 2 Daerah ini seminalis mudah dibagi oleh Germaine Aujac (dalam Sejarah Harley dari Kartografi, Volume Satu) menjadi beberapa periode: Periode Archaic dan Klasik (ke SM abad ke-4), Periode Helenistik (abad ke-4 dan ke-3 SM), Periode Yunani-Romawi awal (abad SM 2 untuk abad ke-2), dan Zaman dari Ptolemy (abad ke-2).
Ini telah sering dikatakan bahwa sumbangan Yunani untuk kartografi berbaring di alam spekulatif dan teoritis daripada di dunia praktis, dan tempat ini lebih benar dari pada Periode Archaic dan Klasik. Pemetaan skala besar terestrial, khususnya, tidak memiliki tradisi empiris perusahaan survei dan pengamatan tangan pertama. Bahkan pada akhir periode, garis geografis [dunia yang dihuni] oikumeme hanya garis besarnya digambarkan. Selain itu, untuk sejarawan kartografi, periode awal ini menimbulkan masalah tertentu sebanyak melalui sifat hanya sedikit bukti sebagai melalui kesulitan interpretasinya. Tidak ada artefak kartografi jelas mendefinisikan awal dengan periode. Link, misalnya, dengan kartografi sebelumnya Babilonia dan Mesir dapat didirikan hanya sementara, dan sejauh mana orang-orang Yunani awal dipengaruhi oleh pengetahuan tersebut tetap menjadi masalah untuk dugaan. Sementara ada beberapa bukti untuk kedua transmisi dan penerimaan dari konsep-konsep matematika penting yang berkaitan dengan kartografi - dan bahkan untuk keturunan dari desain dasar dari peta dunia - dokumenter bukti langsung untuk koneksi tersebut kurang.
Hal ini pada Periode Klasik kartografi Yunani yang kita dapat mulai untuk melacak suatu tradisi konsep teoritis tentang ukuran dan bentuk bumi. Untuk menghargai betapa periode ini meletakkan dasar bagi perkembangan Periode Helenistik berikutnya, perlu untuk menarik berbagai macam tulisan-tulisan Yunani yang berisi referensi ke peta. Dalam beberapa kasus penulis teks-teks ini biasanya tidak dianggap dalam konteks ilmu pengetahuan geografis atau kartografi, namun mereka mencerminkan minat yang luas dan sering kritis dalam pertanyaan-pertanyaan seperti. Tulisan-tulisan Aristoteles, misalnya, memberikan ringkasan dari pengetahuan teoritis yang mendasari konstruksi peta dunia pada akhir Periode Yunani Klasik. Pada saat Alexander Agung berangkat untuk menaklukkan dan mengeksplorasi Asia dan ketika Pytheas dari Massalia menjelajahi Eropa Utara, oleh karena itu, jumlah pengetahuan geografis dan kartografi di dunia Yunani sudah cukup besar dan ditunjukkan dalam berbagai grafik dan tiga dimensi representasi dari langit dan bumi. Peta darat dan bola langit secara luas digunakan sebagai alat pengajaran dan penelitian. Telah ditunjukkan bagaimana bisa menarik imajinasi tidak hanya dari sebuah minoritas yang berpendidikan, untuk siapa mereka kadang-kadang menjadi subyek komentar ilmiah hati-hati, tetapi juga dari publik Yunani yang lebih luas yang sudah belajar untuk berpikir tentang dunia dalam fisik akal dan sosial melalui media peta. Jika penafsiran literal diikuti, gambar kartografi dunia yang dihuni, seperti alam semesta sebagai keseluruhan, sering menyesatkan, itu bisa menciptakan kebingungan atau bisa membantu membangun dan melanggengkan ide-ide palsu. Dunia surgawi telah memperkuat keyakinan di alam semesta bola dan terbatas seperti Aristoteles telah dijelaskan; gambar dari sebuah cakrawala melingkar, bagaimanapun, dari titik pengamatan, mungkin telah mengabadikan gagasan bahwa dunia yang dihuni itu bundar, seperti juga mungkin dengan gambar bola pada permukaan yang datar. Ada, bagaimanapun, jelas tidak ada konsensus antara teori kartografi, dan tampaknya secara khusus telah kesenjangan antara penerimaan teori-teori ilmiah yang paling maju dan terjemahan mereka ke dalam bentuk peta. Terlepas dari pernyataan yang demokratis, Ludoxus, dan Aristoteles, peta dunia yang dihuni tetap melingkar, dengan batas luar mereka sangat kabur. Pengetahuan bahkan dari Mediterania tidak lengkap didirikan. Meskipun sebelum invasi Sisilia (415 SM) rata-rata Athena mungkin telah mampu sketsa garis besar pulau dan menunjukkan Libya dan Kartago dalam kaitannya dengan itu, mereka umumnya tahu sedikit tentang ukurannya. Dapat dikatakan, dengan tabir, bahwa pada akhir era Yunani Klasik kebutuhan untuk menemukan cara menggambar peta dengan skala, dan membuat studi sistematis dari dunia yang dihuni, sangat mendesak.
Demikian juga, harus ditekankan bahwa sebagian besar pengetahuan kita tentang kartografi Yunani pada periode awal ini dikenal terutama hanya dari account kedua atau ketiga tangan. Kami tidak memiliki teks asli Anaximander, Pythagoras, atau Eratosthenes - semua pilar pengembangan kartografi Yunani berpikir. Secara khusus, ada artefak bertahan relatif sedikit dalam bentuk representasi grafis yang dapat dianggap peta. Pengetahuan kartografi kita harus, karena itu, akan diperoleh sebagian besar dari deskripsi sastra, sering ditulis dalam bahasa puisi dan sulit untuk menafsirkan. Selain itu, banyak teks-teks kuno lainnya mengacu ke peta yang lebih terdistorsi oleh yang ditulis berabad-abad setelah masa mereka merekam, mereka juga harus dipandang dengan hati-hati karena mereka sama-sama interpretatif serta deskriptif. Meskipun apa yang mungkin tampak kesinambungan yang wajar dari beberapa aspek pemikiran kartografi dan praktek, di era tertentu sarjana harus ekstrapolasi atas kesenjangan besar untuk sampai pada kesimpulan mereka. Dalam monografi peta Yunani khusus yang mengikuti, karena itu, pendekatan secara empiris diadopsi, sehingga jumlah maksimum informasi tentang peta, dikumpulkan di bawah nama masing penulis / kartografer, dapat diekstrak secara kronologis dari apa yang sering fragmen karya hilang.
Para monograf termasuk dalam buku ini yang menggambarkan peta / pembuat peta dari Periode Archaic dan Klasik meliputi:

                                 • # 105, Homer Lihat Dunia (900 SM)
                                 • # 106, Bumi Tampilan dari Thales, Anaximander, dan Hecatæus
                                 • # 107, Anaximenes dari Miletus (600 SM)
                                 • # 108, Hecatæus 'Dunia Peta (500 SM)

Tidak ada istirahat lengkap antara perkembangan kartografi dalam Klasik dan di Yunani Helenistik. Berbeda dengan periode banyak di dunia kuno dan abad pertengahan dan meskipun artefak fragmentaris, kita mampu merekonstruksi selama periode Yunani, dan memang ke Romawi, sebuah kontinum dalam pemikiran dan praktek kartografi. Tentu saja prestasi dari abad ke-3 SM di Alexandria telah dipersiapkan untuk dan dimungkinkan oleh kemajuan ilmiah abad ke-4. Eudoxus sudah dirumuskan hipotesis geosentris dalam model matematika, dan dia juga menerjemahkan konsep ke dalam bola angkasa yang dapat dianggap sebagai mengantisipasi sphairopoiia [bidang mekanik]. Pada awal periode Helenistik ada telah dikembangkan tidak hanya bola langit berbagai, tetapi juga sistem bola konsentris, bersama dengan peta dunia yang dihuni yang dipupuk keingintahuan ilmiah tentang kartografi pertanyaan mendasar. Kecilnya relatif dari dunia yang dihuni, misalnya, yang kemudian dibuktikan oleh Eratosthenes, sudah samar-samar dibayangkan. Ini telah menjadi subjek komentar oleh Plato, sedangkan Aristoteles telah mengutip angka untuk keliling bumi dari "para ahli matematika" di 400.000 stades, ia tidak menjelaskan bagaimana ia tiba di angka ini, yang mungkin telah memperkirakan Eudoxus '.
Aristoteles juga percaya bahwa hanya laut mencegah suatu bagian di seluruh dunia ke arah barat dari Selat Gibraltar ke India.

http://cartographic-images.net/Cartographic_Images/INTRODUCTION_A_files/droppedImage_2.png


Terlepas dari spekulasi, bagaimanapun, kartografi Yunani mungkin tetap sebagian besar provinsi filsafat telah bukan karena pertumbuhan yang kuat dan paralel pengetahuan empiris. Memang, salah satu tren penting dalam sejarah Periode Helenistik kartografi adalah kecenderungan berkembang untuk menghubungkan teori dan model matematika untuk fakta yang baru diperoleh tentang dunia - terutama mereka yang berkumpul dalam perjalanan eksplorasi Yunani atau terwujud dalam pengamatan langsung seperti yang direkam oleh Eratosthenes dalam pengukuran ilmiah dari lingkaran bumi. Meskipun kurangnya terus peta hidup dan teks asli selama periode-yang terus membatasi pemahaman kita tentang bentuk perubahan dan isi dari kartografi - dapat ditunjukkan bahwa, pada akhir periode itu, gambar kartografi yang sangat berbeda dari dunia yang dihuni itu muncul.
Bahwa seperti perubahan harus terjadi adalah karena baik untuk faktor-faktor politik dan militer dan perkembangan budaya dalam masyarakat Yunani secara keseluruhan. Sehubungan dengan yang terakhir, kita bisa melihat bagaimana kartografi Yunani mulai dipengaruhi oleh infrastruktur baru untuk belajar yang memiliki efek mendalam pada perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya diformalkan. Penting bagi sejarah peta adalah pertumbuhan dari Aleksandria sebagai pusat utama belajar, jauh melampaui dalam hal ini pengadilan Macedonia di Pella. Itu adalah di Alexandria bahwa sekolah terkenal Euclid geometri berkembang pada masa pemerintahan Ptolemeus II Philadelphus (285-246 SM). Dan itu di Alexandria bahwa Ptolemy, anak Ptolemy I Soter, teman Alexander, mendirikan perpustakaan, segera menjadi terkenal melalui dunia Mediterania. Perpustakaan tidak hanya akumulasi koleksi terbesar buku yang tersedia di mana saja di Periode Helenistik tetapi, bersama dengan museum, juga didirikan oleh Ptolemy II, juga merupakan tempat pertemuan bagi para sarjana dari tiga benua.
Para pustakawan tidak hanya membawa bersama-sama teks yang ada, mereka dikoreksi mereka untuk publikasi, yang tercantum dalam katalog deskriptif, dan mencoba untuk menjaga mereka up to date. Jadi Alexandria menjadi kliring-rumah untuk pengetahuan kartografi dan geografis, melainkan sebuah pusat di mana ini bisa dikodifikasi dan dievaluasi dan di mana, kita bisa mengasumsikan, peta baru serta teks dapat diproduksi secara paralel dengan pertumbuhan pengetahuan empiris.
Faktor besar lain yang mendasari peningkatan realisme peta dunia dihuni pada Periode Helenistik adalah perluasan dunia Yunani melalui penaklukan dan penemuan, dengan konsekuensi akuisisi pengetahuan geografis baru. Dalam proses penguatan isi empiris dari peta penaklukan Alexander Agung, Raja Makedonia (356-323 SM), yang terutama penting dalam memberikan kartografer Yunani / geografer dengan pengetahuan yang jauh lebih rinci dari Timur daripada sebelumnya telah mungkin. Kemudian geografer menggunakan rekening perjalanan Alexander ekstensif untuk membuat peta di Asia dan untuk mengisi garis besar dunia yang dihuni. Eratosthenes ambisi untuk menggambar peta umum dari oikumene didasarkan pada penemuan baru ini juga sebagian terinspirasi oleh eksplorasi Alexander.
Di antara sezaman Alexander Pytheas, navigator dan astronom dari Massalia [Marseilles], yang sebagai warga pribadi memulai pada sebuah eksplorasi kelautan pantai Eropa Barat. Dalam risalahnya Pada Samudra, Pytheas berhubungan perjalanannya dan memberikan informasi geografis dan astronomi tentang negara-negara yang ia amati. Sulit untuk merekonstruksi dari bukti-bukti fragmentaris persis di mana Pytheas bepergian. Tampaknya, meskipun, bahwa memiliki Massalia kiri, Pytheas dimasukkan ke Gades [Cádiz], kemudian diikuti pantai Iberia [Spanyol] dan Perancis ke Brittany, menyeberang ke Cornwall dan berlayar ke utara di sepanjang pantai barat Inggris dan Skotlandia ke Kepulauan Orkney . Dari sana, beberapa penulis percaya, ia membuat perjalanan Arktik untuk Thule [mungkin Islandia] setelah itu ia menembus Baltik. Konfirmasi dari sumber timah (dalam Cassiterides kuno atau Kepulauan Timah) dan kuning (di Baltik) adalah ketertarikan utama kepadanya, bersama-sama dengan rute perdagangan baru untuk komoditas ini. Ia akan muncul dari apa yang diketahui tentang perjalanan Pytheas 'dan kepentingan bahwa ia mungkin telah dilakukan Nya pelayaran ke laut utara sebagian untuk memverifikasi apa yang geometri (atau percobaan dengan tiga model dimensi) telah mengajarkan kepadanya. Hasilnya adalah bahwa pengamatan disajikan bukan hanya untuk memperluas pengetahuan geografis tentang tempat-tempat yang telah dikunjungi, tetapi juga untuk meletakkan landasan bagi penggunaan ilmiah paralel lintang dalam penyusunan peta.
Sebagaimana dicontohkan oleh perjalanan dari Alexander dan Pytheas, kombinasi dari pengetahuan teoritis dengan observasi langsung dan buah dari perjalanan yang luas secara bertahap memberikan data baru untuk kompilasi dari peta dunia. Sementara kita bisa berasumsi apriori bahwa seperti sebuah hubungan sangat penting untuk pengembangan kartografi Helenistik, lagi tidak ada bukti kuat, seperti dalam aspek lain begitu banyak sejarah, yang memungkinkan kita untuk merekonstruksi proses teknis dan kualitas fisik dari peta sendiri. Bahkan peta baik yang dihasilkan dari proses ini telah bertahan, dan referensi sastra untuk keberadaan mereka (memungkinkan rekonstruksi parsial konten mereka) bahkan secara keseluruhan hanya mengacu pada sebagian kecil dari jumlah peta yang pernah dibuat dan sekali di sirkulasi. Dalam kasus ini juga, generalisasi ditarik sini oleh berbagai otoritas (cendekiawan kuno dan modern, sejarawan, ahli geografi, dan kartografer) didirikan di atas kelangsungan hidup kemungkinan referensi dibuat untuk peta dengan masing penulis.
Pentingnya Periode Helenistik dalam sejarah kartografi dunia kuno, bagaimanapun, telah jelas. Karakteristik yang menonjol adalah pernikahan berbuah pengetahuan teoritis dan empiris. Ini telah dibuktikan tanpa keraguan bahwa studi geometris dari bola, seperti yang dinyatakan dalam teorema dan model fisik, memiliki aplikasi praktis penting dan bahwa prinsip-prinsip yang mendasari pengembangan baik dari geografi matematika dan kartografi ilmiah yang diterapkan pada fenomena langit dan bumi.
Dalam sejarah geografis (atau terestrial) pemetaan, langkah praktis yang besar ke depan selama periode ini adalah untuk menemukan dunia yang dihuni persis di dunia terestrial. Eratosthenes rupanya yang pertama untuk mencapai hal ini, dan peta nya adalah usaha ilmiah yang paling awal untuk memberikan berbagai belahan dunia diwakili pada permukaan pesawat sekitar proporsi mereka yang sebenarnya. Pada peta itu, apalagi, orang bisa memiliki bentuk geometris membedakan negara, dan satu bisa menggunakan peta sebagai alat untuk memperkirakan jarak antara tempat-tempat.
Jadi itu pada berbagai skala pemetaan, dari murni lokal untuk representasi kosmos, bahwa Yunani Periode Helenistik ditingkatkan dan kemudian disebarluaskan pengetahuan tentang peta. Dengan sehingga meningkatkan mimesis atau tiruan dari dunia, yang didirikan di tempat teoritis suara, mereka membuat kemajuan intelektual lain mungkin dan membantu untuk memperluas visi Yunani jauh melampaui Aegea. Untuk Roma, Yunani Helenistik meninggalkan warisan kartografi mani - yang, dalam contoh pertama setidaknya, hampir tidak ditantang di pusat-pusat intelektual masyarakat Romawi.
Monograf menggambarkan peta / pembuat peta dari Periode Helenistik meliputi:

• # 109, Herodotus 'Dunia Peta (450 SM)
• # 110, Ephorus 'Genjang (350 SM)
• # 111, Dicæarchus dari Messana 's World Map, (300 SM)
• # 112, Eratosthenes 'Dunia Peta (240 SM)

Republik Romawi menawarkan kasus yang baik untuk melanjutkan untuk mengobati kontribusi Yunani untuk pemetaan sebagai untai yang terpisah dalam sejarah kartografi klasik. Sementara ada pencampuran yang cukup besar dan saling ketergantungan konsep Yunani dan Romawi dan keterampilan, perbedaan mendasar antara sifat sering teoritis dari kontribusi Yunani dan menggunakan semakin praktis untuk peta dibuat oleh Roma, menurut Aujac, membentuk divisi akrab tetapi memuaskan untuk pengaruh masing-masing kartografi. Tentu ekspansi politik Roma, yang dengan cepat memperluas dominasi atas Mediterania, tidak menyebabkan gerhana pengaruh Yunani. Memang benar bahwa setelah kematian Ptolemy III Euergetes pada tahun 221 SM penurunan supremasi budaya dari Alexandria mengatur masuk kehidupan Intelektual pindah ke pusat-pusat yang lebih energik seperti Pergamus, Rhodes, dan di atas seluruh Roma, tapi ini dipromosikan difusi dan pengembangan pengetahuan Yunani tentang peta ketimbang kepunahan. Memang, kita dapat melihat bagaimana kondisi ekspansi Romawi positif disukai pertumbuhan dan aplikasi kartografi di kedua dalam teori dan arti praktis. Tidak hanya dunia yang dikenal telah diperpanjang jauh melalui penaklukan Romawi - sehingga pengetahuan empiris baru harus disesuaikan dengan teori yang ada dan peta - tetapi masyarakat Romawi menawarkan pasar pendidikan baru untuk pengetahuan kartografi dikodifikasi oleh orang Yunani. Roma berpengaruh banyak baik di Republik dan Kekaisaran awal, dari kaisar ke bawah, yang Philhellenes antusias dan pelindung para filsuf Yunani dan para cendekiawan. Sepanjang abad kedua SM dan pertama dan seterusnya, sehingga laki-laki itu lahir Yunani dan pendidikan - seperti Polybius, krat dari Mallos, Hipparchus, dan Strabo - yang terus membuat kontribusi fundamental bagi pengembangan pemetaan ilmiah dan yang memberikan link terus menerus dengan kegiatan di Helenistik dunia dan titik puncaknya dalam sintesis kemudian Claudius Ptolemy.
Sejauh mana generasi baru ulama dalam abad kedua SM akrab dengan teks, peta, dan bola dari Periode Helenistik adalah pointer yang jelas untuk suatu kesinambungan yang tidak terputus dari pengetahuan kartografi. Pengetahuan tersebut, yang berkaitan dengan pemetaan baik darat dan langit, telah ditularkan melalui suksesi yang didefinisikan dengan baik hubungan guru-murid, dan pelestarian teks dan model tiga dimensi telah dibantu oleh pertumbuhan perpustakaan. Namun bukti ini tidak boleh ditafsirkan untuk menunjukkan bahwa kontribusi Yunani untuk kartografi di dunia Romawi awal hanyalah resital pasif substansi kemajuan sebelumnya. Sebaliknya, karakteristik utama dari zaman baru adalah sejauh mana itu terbuka kritis terhadap upaya sebelumnya di pemetaan. Teks-teks utama, apakah masih hidup atau apakah hilang dan diketahui hanya melalui penulis kemudian, yang sangat revisionis dalam garis mereka argumen, sehingga sejarawan kartografi telah mengisolasi tantangan besar untuk teori-teori sebelumnya dan sering reformulasi mereka peta baru. Monograf menggambarkan peta / pembuat peta dari Periode Yunani-Romawi awal termasuk:

• # 113, krat 'Globe (180 SM)
• # 114, Posidonius 'Dunia Peta (150 SM)
• # 115, Strabo Peta Dunia (AD 18)
• # 116, Pomponius Mela Peta Dunia (AD 37)

Zaman Periode Ptolemy diawali dengan deskripsi singkat dari upaya kartografi Romawi. Perbedaan besar antara Romawi dan pikiran Yunani diilustrasikan dengan kejelasan aneh di peta mereka. Roma yang acuh tak acuh terhadap geografi matematika, dengan sistem nya lintang dan bujur, pengukuran astronomi, dan masalahnya proyeksi. Apa yang mereka inginkan adalah peta praktis untuk digunakan untuk tujuan militer dan administratif. Mengabaikan proyeksi rumit dari Yunani, mereka kembali ke peta disk lama dari Ionia geografi sebagai lebih baik disesuaikan dengan tujuan mereka. Dalam kerangka putaran kartografer Romawi menempatkan Orbis Terrarum, Sirkuit Dunia.
Hanya ada catatan langka peta Republik Romawi. Awal yang kita dengar, peta Sardinia dari 174 SM, jelas memiliki elemen bergambar yang kuat. Tapi ada beberapa bukti bahwa, sebagaimana kita harus mengharapkan dari darat dan, pada waktu itu, orang-orang pertanian juga maju, pengembangan pemetaan berikutnya sebelum Julius Caesar didominasi oleh survei tanah, peta survei awal tercatat Romawi adalah sebagai awal 167 -164 SM Jika survei tanah tidak memainkan bagian penting, maka rencana ini, yang didasarkan pada persyaratan dan oleh karena itu centuriation persegi atau persegi panjang, mungkin telah mempengaruhi bentuk peta skala kecil. Bentuk ini juga salah satu yang cocok kebiasaan Romawi menempatkan sebuah peta besar di dinding sebuah kuil atau pilar. Varro (116-27 SM) dalam bukunya De re Rustica, diterbitkan pada 37 SM, memperkenalkan pembicara pada pertemuan kuil Ibu Bumi (Tellus) saat mereka melihat Italiam pictam [Italia dicat]. Konteksnya menunjukkan bahwa ia harus berbicara tentang peta, karena ia membuat kalangan filsuf memulai kelompok dengan pembagian Eratosthenes 'dunia menjadi Utara dan Selatan. Hal ini menyebabkan dia untuk keuntungan dari bagian utara dari sudut pandang pertanian. Para pembicara membandingkan Italia dengan Asia Kecil, sebuah negara pada lintang yang sama di mana orang-orang Yunani memiliki pengalaman pertanian. Setelah ini mereka membahas secara lebih rinci daerah Italia. Sebagai bantuan visual untuk diskusi ini, peta kuil bisa dipertimbangkan sebagai sangat membantu. Tapi apakah itu hanya dimaksudkan untuk dibayangkan oleh pembaca atau sebenarnya digambarkan dalam buku ini tidak jelas. Hal yang sama berlaku untuk ilustrasi kartografi kemungkinan rerum Varro yang Antiquitates humanarum et divinarum, yang Buku VII-XIII ditangani dengan Italia. Tapi setidaknya kita tahu bahwa ia tertarik pada ilustrasi, sejak Hebdomades de vel imaginibus, sebuah karya biografi dalam lima belas buku, digambarkan dengan sebanyak tujuh ratus potret. Karena kita diberitahu bahwa pekerjaan ini banyak beredar, beberapa sarjana telah bertanya-tanya apakah Varro digunakan beberapa cara mekanik duplikasi miniatur nya, tetapi budak berpendidikan berlimpah, dan kita harus hampir pasti telah mendengar tentang perangkat tersebut jika sudah ada.
Pada saat Marinus Tirus (fl. AD 100) dan Claudius Ptolemy (ca. AD 90-168), Yunani dan Romawi pengaruh dalam kartografi telah menyatu hingga batas tertentu menjadi satu tradisi. Ada sebuah kasus, sesuai, untuk mengobati mereka sebagai sejarah satu aliran pemikiran yang sudah terpadu dan praktek. Di sini, bagaimanapun, meskipun seperti kesatuan ada, diskusi difokuskan terutama pada kontribusi kartografi Ptolemy, menulis dalam bahasa Yunani dalam lembaga-lembaga masyarakat Romawi. Ptolemy berhutang banyak kepada sumber-sumber Romawi informasi dan perluasan pengetahuan geografis kerajaan tumbuh di bawah ini: namun ia merupakan puncak serta sintesis akhir dari tradisi ilmiah dalam kartografi Yunani yang telah disorot dalam pengenalan ini.
Pengaruh luar biasa dari Ptolemy pada pengembangan Eropa, Arab, dan kartografi pada akhirnya dunia tidak dapat disangkal. Melalui kedua sintaks Matematika (sebuah risalah tentang matematika dan astronomi di tiga belas buku, juga disebut Almagest dan Geografi (di delapan buku), dapat dikatakan bahwa Ptolemy cenderung mendominasi baik astronomi dan geografi, kartografi dan karenanya manifestasi mereka, untuk selama empat belas abad itu. benar bahwa selama periode dari abad 2 untuk abad ke-15 awal tulisan geografis Ptolemy memberikan pengaruh yang relatif sedikit pada kartografi Barat, meskipun mereka dikenal para ahli astronomi Arab dan geografi. Para Almagest, meskipun diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard dari Cremona pada abad ke-12, tampaknya memiliki pengaruh langsung sedikit pada pengembangan kartografi. Dengan terjemahan dari teks Geografi ke dalam bahasa Latin pada abad ke-15 awal, bagaimanapun, pengaruh Ptolemy adalah untuk struktur kartografi Eropa langsung untuk lebih dari satu abad. Dalam sejarah transmisi ide-ide kartografi memang karyanya, mengangkangi Abad Pertengahan Eropa, yang menyediakan link terkuat dalam rantai antara pengetahuan pemetaan dalam dunia modem kuno dan awal.
      Meskipun betapa pentingnya dalam mempelajari sejarah kartografi, Ptolemy tetap dalam banyak hal seorang tokoh yang rumit untuk menilai. Banyak pertanyaan tentang karyanya tetap tidak terjawab. Sedikit yang diketahui tentang Ptolemy pria itu, dan tidak tempat kelahirannya atau tanggal yang telah ditetapkan positif. Selain itu, dalam kaitannya dengan komponen kartografi dalam tulisan-tulisannya, kita harus ingat bahwa tidak ada manuskrip awal dari abad ke-12 Masehi telah turun kepada kita, dan tidak ada modem terjemahan yang memadai dan edisi kritis Geografi tersebut. Mungkin yang paling serius dari semua mahasiswa untuk pemetaan, bagaimanapun adalah seluruh perdebatan mengenai siapa pengarang dan asal dari peta umum dan regional yang menyertai beberapa versi naskah-naskah Byzantium.
Masih puncak pemikiran kartografi Yunani terlihat dalam karya Claudius Ptolemy, yang bekerja dalam kerangka Kekaisaran Romawi awal. Sebuah analisis modem beasiswa Ptolemeus menawarkan apa-apa untuk merevisi konsensus lama dipegang bahwa ia adalah tokoh kunci dalam pembangunan jangka panjang pemetaan ilmiah. Namun Ptolemy, sebanyak melalui hidup disengaja dan transmisi teks ketika begitu banyak orang tewas karena melalui pendekatan komprehensif untuk pemetaan, tidak tetap langkahnya seperti raksasa atas pengetahuan kartografi Yunani-Romawi kemudian dunia dan Renaissance. Ini mungkin lebih luar biasa yang karyanya terutama instruksional dan teoritis, dan masih bisa diperdebatkan jika ia mewariskan satu set gambar yang bisa secara otomatis disalin oleh suksesi terganggu iluminator naskah. Warisan utama Ptolemy demikian metode kartografi, dan keduanya Almagest dan Geografi yang dapat dianggap sebagai salah satu karya paling berpengaruh dalam sejarah kartografi. Ini akan salah untuk lebih menekankan, karena begitu banyak literatur topografi cenderung untuk melakukan, katalog Ptolemy "kesalahan": apa yang penting bagi sejarawan kartografi adalah bahwa teks nya adalah pembawa gagasan pemetaan langit dan bumi lama setelah isi faktual koordinat telah dibuat usang melalui penemuan-penemuan baru dan eksplorasi. Akhirnya, penafsiran ulama modem secara progresif telah turun di sisi pendapat yang Ptolemy atau kontemporer mungkin tidak membuat setidaknya beberapa peta begitu jelas ditetapkan dalam teks-teks itu.
Ketika kita beralih ke kartografi Romawi, telah ditunjukkan bahwa pada akhir era Augustan banyak karakteristik esensialnya sudah ada. Menggambar pada pengetahuan teoritis sarjana Yunani dan teknisi, baik peta geografis pada skala kecil dan skala besar peta kadaster dibawa ke menggunakan lebih teratur. Stimulus utama untuk mantan tampaknya telah pengakuan oleh penguasa Romawi tidak hanya bahwa peta adalah dari bantuan praktis dalam integrasi, militer, politik, dan komersial kerajaan, tetapi juga bahwa peta yang ditampilkan publik batas yang bisa berfungsi untuk orang-orang sebagai simbol realitas dan kekuasaan teritorial. Demikian pula, peta kadaster, mengingat kekuatan hukum pada akhir periode, dirancang untuk merekam dan untuk membantu menegakkan sistem hak milik dan produksi agraria di mana negara memiliki kepentingan. Peta telah demikian menjadi alat kenegaraan di sejumlah skala teritorial. Itu adalah motif-motif ini, daripada keingintahuan intelektual tertarik, yang menyebabkan perpanjangan dan diversifikasi pemetaan sebagai kekaisaran selanjutnya konsolidasi pada periode dari Tiberius untuk Caracalla.
Dalam perjalanan kerajaan awal skala besar peta yang dimanfaatkan untuk sejumlah aspek yang jelas kehidupan sehari-hari. Surveyor Romawi mampu membangun peta kompleks untuk skala konsisten. Ini digunakan terutama dalam kaitannya dengan tanah yang melekat pada koloni, pemukiman sering dibentuk untuk menyediakan veteran dengan kepemilikan kecil. Di pedesaan, meskipun hanya beberapa fragmen batu kadaster telah bertahan, dan tidak ada peta perunggu yang tercatat kepemilikan tanah, ribuan peta tersebut awalnya pasti telah dibuat untuk centuriation dan skema lainnya. Demikian pula, di kota-kota, meskipun hanya Forma Urbis Romae kita ketahui secara detail, skala besar peta yang diakui sebagai alat praktis merekam baris utilitas umum seperti saluran air, menampilkan ukuran dan bentuk bangunan kekaisaran dan agama, dan menunjukkan tata letak jalan dan milik pribadi. Beberapa jenis peta Romawi telah datang untuk memiliki format standar serta skala reguler dan konvensi didirikan untuk menggambarkan detil tanah. Namun, barangkali pada pentingnya diberikan peta sebagai catatan permanen kepemilikan atau hak atas harta, baik yang diselenggarakan oleh negara atau oleh individu, bahwa Roma pemetaan skala besar yang paling jelas diantisipasi dunia modern. Dalam hal ini, Roma telah memberikan model untuk penggunaan peta yang tidak sepenuhnya dieksploitasi di berbagai belahan dunia sampai abad 18 dan 19.
Peta pada periode kemunduran kekaisaran dan sekuelnya dalam peradaban Bizantium itu tentu saja sangat dipengaruhi oleh agama Kristen. Dalam aspek yang paling jelas, ukuran berlebihan Yerusalem pada peta mosaik Madaba diragukan lagi merupakan upaya untuk membuat Kota Kudus tidak hanya dominan tetapi juga lebih akurat digambarkan dalam media ini sulit. Peziarah dari tanah jauh jelas diperlukan perjalanan seperti itu mulai di Bordeaux, memberikan instruksi cukup sederhana. Tapi peta geografis yang lebih realistis tidak sepenuhnya kurang: pilihan pada abad ke-5 untuk gambaran dari dunia Romawi mungkin akan terletak antara peta ditugaskan oleh Theodosius II, yang mungkin telah direvisi bahwa Agripa, dan yang didasarkan pada nenek moyang yang Peutinger Tabel (lihat monografi # 120).
Kontinuitas antara periode klasik dan usia berhasil terputus, dan ada gangguan cara lama hidup dengan prestasi teknologi, yang juga terlibat pembuatan peta. Beberapa aspek dari warisan kartografi parsial, bagaimanapun, dapat disarankan. Ketika kita datang untuk mempertimbangkan pemetaan daerah kecil di Eropa Barat abad pertengahan, maka akan ditunjukkan bahwa Empedu Saint peta biara sangat mengingatkan pada Romawi terbaik rencana skala-besar. Demikian pula, akan dibuat jelas dalam Kitab Dua monograf ini sejauh mana mappaemundi itu berutang budi kepada sejumlah sumber klasik, termasuk peta Yunani menunjukkan climata dan tripartit sederhana UNTUK peta (yang mungkin timbul dalam bekerja yang melibatkan Romawi Afrika di 1 abad SM), bersama dengan, mungkin, peta Agripa sebagai arketipe umum. Namun, peta Marinus dan Ptolemy, salah satu dari ribuan yang mengandung kedua nama-nama tempat, setidaknya sebagian dikenal ahli geografi Arab dari 9 hingga abad ke-10. Namun transmisi Geografi Ptolemy ke Barat muncul pertama melalui rekonstruksi oleh para sarjana Byzantium dan hanya kedua melalui terjemahannya ke dalam bahasa Latin (1406) dan difusi di Florence dan tempat lain. Dalam kasus grafik laut Mediterania, masih belum terpecahkan apakah portolan awal [bahari] grafik dari abad ke-13 punya yg klasik. Jika mereka, orang akan rasa itu menjadi peta terhubung dengan periploi [perjalanan laut]. Tapi tidak satupun baik memiliki peta atau, dalam keadaan pengetahuan kita, dapat ditunjukkan pernah punya satu. Monograf dalam buku ini yang menggambarkan peta / pembuat peta dari Zaman Ptolemy adalah sebagai berikut:

                         • # 117, Dionysius Periegetes 'Peta Dunia (AD 124)
                         • # 118, Agripa Orbis Terrarum s (AD 100)
                         • # 119, Ptolemeus Peta, (1482-1561)
                         • # 120, Tabula Peutingeriana (AD 100)

Kekaisaran Bizantium, meskipun menyediakan tautan penting dalam rantai tersebut, tetap sesuatu dari teka-teki untuk sejarah transmisi jangka panjang pengetahuan kartografi dari kuno ke dunia modern. Dalam kedua Eropa Barat dan Bizantium relatif kecil yang masih baru dalam kartografi dikembangkan selama Abad Kegelapan dan Abad Pertengahan, meskipun biarawan tekun menyalin dan melestarikan karya tertulis dari abad-abad lalu yang tersedia untuk mereka. Beberapa peta, bersama dengan ilustrasi lainnya, yang ditularkan melalui proses ini, tapi terlalu sedikit yang selamat untuk menunjukkan tingkat kesadaran keseluruhan kartografi dalam masyarakat Bizantium. Sementara peta hampir pasti lebih sedikit daripada di dibuat Periode Yunani-Romawi, namun konsep-konsep kunci dari pemetaan yang telah dikembangkan di dunia klasik yang diawetkan di Kekaisaran Bizantium. Peta Bizantium paling berhasil untuk bertahan hidup, mosaik di Madaba, jelas lebih dekat ke tradisi klasik daripada peta setiap periode berikutnya. Tapi sebagai dikotomi meningkat antara penggunaan Yunani di Timur dan Latin di Barat, khususnya peran ulama Bizantium dalam teks Yunani mengabadikan kepentingan kartografi menjadi lebih jelas. Lembaga Bizantium, terutama karena mereka dikembangkan di Konstantinopel, memfasilitasi aliran pengetahuan kartografi baik ke dan dari Eropa Barat dan dunia Arab dan sekitarnya. Sumber kami menunjukkan hanya sekilas beberapa akhir transfer ini, seperti ketika Planudes memimpin dalam penelitian Ptolemaic, misalnya. Tetapi untuk mencapai pemahaman tentang proses sejarah yang terlibat pada masa itu, kita harus memeriksa saluran yang lebih luas untuk Kristen, humanistik, dan ide-ide ilmiah ketimbang peta tunggal, atau bahkan seluruh korpus kartografi Bizantium. Dilihat dalam konteks ini, beberapa impuls kartografi penting dari Renaissance abad ke-15 di Italia terlihat telah sudah aktif di masyarakat akhir Bizantium.

Cina Kartografi
Cina adalah peradaban tertua di Asia, dan pusat dari mana disiplin budaya menyebar ke seluruh benua. Dia juga bisa mengklaim keutamaan dalam kartografi. Orang Cina diantisipasi masyarakat Barat dalam pengetahuan tentang kompas, dikatakan diciptakan pada 1.100 B C, yang gnomon dan air-tingkat,. Dan mereka memahami ilmu meratakan. Metode astronomi yang awal digunakan untuk menentukan posisi titik. Tradisi China tempat peta pertama di sekitar 2.000 SM, ketika sembilan vas tembaga atau perunggu pada tripod dikatakan telah dibuat, menjadi representasi dari sembilan provinsi dari Dinasti Hsia saat ini dan menunjukkan gunung, sungai dan produk lokal. Pada 327 atau 255 SM, pada penggulingan Dinasti Chou, mereka jatuh ke tangan Dinasti Qin yang baru dan dilemparkan ke sungai.
Siapa pun menetapkan untuk menulis tentang sejarah geografi di Cina menghadapi kebingungan, namun, untuk sementara itu sangat diperlukan untuk memberikan pembaca beberapa apresiasi dari massa besar sastra yang sarjana Cina telah menghasilkan pada subjek, maka perlu untuk menghindari kebosanan daftar nama penulis dan buku, beberapa di antaranya memang telah lama hilang. Hanya beberapa contoh dapat diberikan, tetapi harus dipahami, bahkan ketika itu tidak secara tegas mengatakan, bahwa mereka sering harus berdiri hanya sebagai wakil dari seluruh kelas bekerja.
Adapun ide-ide tentang bentuk bumi saat ini dalam pemikiran Cina kuno, kepercayaan yang berlaku adalah bahwa langit bulat dan persegi bumi. Tapi ada juga skeptisisme selalu banyak tentang hal ini. Jadi dalam Li Tai Ta Chi, Tseng Shen, menjawab pertanyaan dari Shanchu Li, mengakui bahwa hal itu sangat sulit untuk melihat bagaimana, pada pandangan ortodoks, ke-empat penjuru bumi bisa benar tertutup. Hal itu berulang kali menyatakan (seperti oleh Yu Sung dan Chang Heng) bahkan sebagai sebagai akhir 1 dan 2 AD abad bahwa alam semesta itu seperti telur ayam, dan bumi seperti kuning telur di tengah-tengah itu. Para pemikir Cina dari segala usia Yu Hsi bergabung (ca. AD 330) dalam mengungkapkan skeptisisme tentang bumi persegi dan datar: apakah itu persegi, kata Li Yeh, gerakan langit akan terhalang. Dalam pandangannya, hal itu bulat, seperti langit, tetapi lebih kecil, dan semua pendukung teori Thien Hun harus memiliki cenderung percaya ini. Pengaruh ini pandangan tentang pemetaan Cina, bagaimanapun, tetap sedikit, untuk itu berkisar rencana dasar dari sebuah kotak persegi panjang kuantitatif, dengan tidak memperhitungkan kelengkungan permukaan bumi. Pada saat yang sama geografi Cina selalu benar naturalistik, sebagai saksi nas tentang sungai dan pegunungan dari Lu Shih Chhun Chhiu.
Tulisan berikut mencoba untuk membandingkan lebih hati-hati barisan paralel geografi ilmiah di Barat dan di Cina. Ini mungkin mengatakan pada awal bahwa baik di Timur dan Barat ada tampaknya telah dua tradisi yang terpisah, salah satu yang kita sebut 'ilmiah, atau kuantitatif, kartografi', dan satu yang kita sebut "agama, atau simbolis, kosmografi ' . Tradisi Eropa pembuatan peta ilmiah benar-benar terganggu selama berabad-abad oleh dominasi kedua, meskipun awalnya ia lebih tua dari Cina, tapi tradisi Tionghoa paralel, setelah mulai, tidak begitu terganggu. Sebelum mengambil perbandingan ini menarik, bagaimanapun, perlu untuk mengatakan sesuatu tentang geografis dan risalah klasik Cina selama berabad-abad.
Dengan 1125 SM, orang Cina memiliki peta seluruh kerajaan, yang pasti hasil kerja bertahun-tahun. Tampaknya telah disusun oleh Wen-Wang dan jelas didasarkan pada materi geografis dalam deskripsi resmi Cina, Yu-Kung. Hutan-peta dan peta kadaster yang digunakan oleh tanggal ini. Peta yang digunakan dalam ritual keagamaan, seperti ucapan syukur untuk sukses dalam mengatur air sungai, ketika peta terukir pada tablet nephrite akan dilemparkan ke dalam sungai. Selama Dinasti Chou (1122-1255 SM), pembuatan peta itu di tangan pejabat tertentu, dan kita memiliki salinan peraturan bagi mereka. Pembusukan dari dinasti ini disertai dengan penurunan dalam kartografi, yang lulus dari tangan para pejabat menjadi mereka ulama dan penulis.
Sekitar 450 SM, salah satu murid Konfusius awal dipersiapkan penjelasan resmi Cina, termasuk peta yang mungkin telah dibuat untuk itu baru; peta juga sering dimasukkan dalam ensiklopedi. Agaknya dokumen tertua geografis Cina yang telah turun kepada kita adalah Kung Yu [Upeti dari Yu] bab Ching Shu [Klasik Sejarah], yang setelah diberikan setiap tanggal kembali ke akhir milenium ke-3 SM, sekarang dianggap mungkin abad SM 5, sekitar kontemporer dengan pra-Socrates filsuf di Yunani. Ini akan diingat bahwa Yu yang Agung adalah pahlawan legendaris-kaisar yang menguasai perairan dan menjadi pelindung insinyur hidrolik, ahli irigasi dan air pemeliharaan pekerja di usia setelah. Ini bab dari Shu Ching sangat menarik karena berbagai alasan, melainkan daftar sembilan provinsi tradisional Cina, jenisnya tanah, karakteristik produk mereka, dan saluran air berjalan melalui mereka.


http://cartographic-images.net/Cartographic_Images/INTRODUCTION_A_files/droppedImage_3.png
 
http://cartographic-images.net/Cartographic_Images/INTRODUCTION_A_files/droppedImage_4.png



http://cartographic-images.net/Cartographic_Images/INTRODUCTION_A_files/droppedImage_5.png
Secara umum, dapat dikatakan bahwa Kung Yu, survei geografis pertama naturalistik dalam sejarah Cina, adalah sekitar kontemporer dengan pembuatan peta pertama di Eropa. Hal ini terkait dengan Anaximander Yunani (ca. 6 abad sebelum masehi). Tapi dokumen Cina jauh lebih rinci dan rumit dari apa yang telah turun kepada kita dari waktu Anaximander itu. Sepanjang sejarah China pengaruh Kung Yu sangat besar, semua geografi Cina bekerja di bawah naungan perusahaan, menarik judul buku mereka dari itu, dan mencoba tanpa henti untuk merekonstruksi topografi yang terkandung.
Seperti disebutkan sebelumnya, sampai saat ini, para sarjana Cina telah diasumsikan dunia untuk menjadi sebuah persegi, bagian lebih besar yang diambil oleh negara mereka sendiri. Kemudian, pada akhir abad ke-4 SM, petunjuk dari sebuah kosmogoni baru mulai mencapai China dari India, dan peta dunia berubah bentuk mereka di konsekuensi. Doktrin India Taoisme berpendapat bahwa Cina hanya menduduki 1 / 81 dari permukaan bumi dan dikelilingi oleh laut, di luar yang negara lain, dipisahkan oleh cincin konsentris laut. Taoisme tidak membawa semua sebelum di Cina, tetapi ada bersama gerakan lain. Sebuah buku tentang pegunungan dan lautan (Shan-hai-ching), dibuat sekitar 350 SM, berisi tidak hanya peta, tetapi juga representasi dari tanah jauh dan bangsa, dengan gambar laki-laki yang fantastis, beberapa dari mereka tidak semua seperti yang ditemukan dalam kartografi Eropa Abad Pertengahan dan Renaissance.
Referensi sejarah pertama peta di Cina dimulai pada abad ke-3 SM ditemukan dalam karya sejarawan Ssu Cina Ma Ch'ien besar yang menceritakan bahwa, di 227 SM, putra mahkota Negara Yen (Yen Tan Tzu), takut ambisi teritorial Pangeran Cheng, negara bagian Chhin, kemudian dikenal sebagai Shih Huang Ti, atau "Kaisar Pertama" dari Dinasti Chhin, mengirim dugaan ahli warisnya, seorang Ching tertentu Kho, ke pengadilan yang terakhir dengan misi diakui menyajikan peta distrik Tu Kang, yang untuk diserahkan kepada Pangeran Cheng. Misi sebenarnya, bagaimanapun, adalah pembunuhan Pangeran; untuk peta, yang mungkin dilukis pada sutra, itu dikemas dalam kotak, dan ketika Pangeran Cheng mencabutnya, keris beracun di belakang, yang utusan essayed untuk menggunakan . Plot gagal, bagaimanapun, dan akan-menjadi pembunuh ditangkap. Ketika Shih Huang Ti menjadi kaisar, ia mengumpulkan semua peta yang tersedia kekaisaran. Dengan Dinasti Chhin baru, Cina dibagi menjadi 36 daerah, bukan dari sembilan provinsi mantan, dan itu menjadi perlu untuk menghasilkan deskripsi revisi dari kerajaan dengan peta daerah-daerah (255-206 SM). Beberapa peta baru dipotong dalam bambu untuk daya tahan yang lebih besar, dan banyak (terutama peta travellers ') dicat pada sutra. Selama perang saudara yang diikuti segera setelah kematian di BC 210 dari "Kaisar Pertama", ibukotanya di Hsien-yang kota, di Shaanxi, dipecat oleh Pangeran Han dan peta banyak ditemukan di sana. Ini adalah yang tak ternilai dan keuntungan ke Dinasti Han. Mereka harus ada sampai akhir abad pertama Masehi, untuk Pan Ku, yang meninggal pada tahun 92, mengacu pada mereka setidaknya dua kali dalam Chhien Shu Han. Tapi pada saat itu Hsiu Phei (AD abad ke-3) mereka telah hilang, mereka mungkin diukir pada papan kayu.
Semua melalui Dinasti Han ada referensi ke peta. Saat Chang Chhien kembali dari Barat pada 126 SM kita diberitahu di Han Shu Chhien bahwa kaisar berkonsultasi peta kuno dan buku-buku dan memutuskan bahwa gunung dari mana Sungai Kuning mengambil sumbernya harus disebut Khun-Lun. Penggunaan pertama dari ekspresi yu ti Kam (t'u), berasal dari konsepsi bumi sebagai kereta dan langit sebagai atap kereta-, datang dalam 117 SM, ketika peta dari seluruh kerajaan diserahkan ke Han Wu Ti sehubungan dengan penobatan tiga putranya sebagai pangeran feodal. Ada pembuatan peta militer yang terkenal di 99 SM ketika Li Ling umum berkampanye menentang Hun. Dia membuat tabel lengkap dari gunung dan stepa di utara sejauh perjalanan tiga puluh hari 'dari perbatasan, dan mengirimkan salinan kembali untuk presentasi kepada kaisar.
Kartografi terus kepentingan rakyat dari Dinasti Han Kemudian. Pada tahun 26, ketika Kuang Wu Ti sedang berjuang untuk mendirikan dinasti baru, ia membuka sebuah peta besar, mungkin dilukis pada sutra, di salah satu gerbang-menara kota yang pasukannya baru saja diambil, dan berkata kepada Teng Yu, salah satu jenderalnya: "Berikut adalah semua markas dan domain feodal kekaisaran, apa yang baru saja kita mengambil hanya bagian yang sangat kecil. Bagaimana mungkin Anda telah memikirkan mudah untuk menaklukkan seluruh itu "Setelah Kuang Wu Ti telah menjadi mapan di atas takhta?, Suatu upacara khusus ini diadakan setiap tahun dari tahun 39 di mana Menteri Pekerjaan (Ta Ssu khung) disajikan peta kekaisaran. Sekali lagi, di AD 69, ketika Wang Ching didakwa dengan memperbaiki pelanggaran di tanggul Sungai Kuning di Khaifeng, ia diberi satu set peta yang menggambarkan risalah Ssuma Chhien Ho Chhü Shu [di Sungai dan Saluran].
Hal ini membawa kita ke waktu astronom terkenal dan ahli gempa Chang Heng. Tak satu pun dari fragmen tulisannya yang bertahan hidup berkaitan dengan kartografi, tetapi dialah yang berasal sistem grid persegi panjang tampaknya sangat mungkin dari frase tentang dirinya hamil digunakan oleh Tshai Yung. Dia dikatakan telah "melemparkan jaringan (koordinat) tentang surga dan bumi, dan diakui atas dasar itu". Koordinat celestrial pastilah Hsiu, sayangnya, kita tidak bisa tahu persis apa yang terestrial itu. Judul salah satu bukunya adalah Wang Suan Lun [Discourse on Perhitungan Net], dan ada juga Fei Li Niao [Burung Terbang Kalender], tetapi jika kata li adalah kesalahan bagi Kam atau t'u, karena beberapa sarjana percaya , maka judul ini yang terakhir mungkin harus dirujuk ke "Peta Eye Burung". Bahwa Chang Heng menyibukkan diri dengan pembuatan peta yang pasti, untuk Hsing Ti Kam [Peta Geografi Fisik] disampaikan oleh dia di AD 116. Pada titik kemudian pertanyaan tentang koneksi mungkin dengan kartografer Yunani akan dibangkitkan.
Ada banyak bukti dalam sejarah Dinasti Han dua, Han Han Mantan Kemudian, untuk menunjukkan bahwa, selain bambu dan kayu, sutra digunakan untuk menulis dan untuk pembuatan peta. Selama Dinasti Han Kemudian kertas diciptakan pada AD105 oleh bendahara dari Kaisar Ho Ti, bernama Ts'ai Lun, sebuah penemuan yang terbukti pengganti yang sangat baik untuk kayu rumit dan sutra mahal. Meskipun penemuan kertas, peta ukiran pada kayu, untungnya selama lebih tahan bawaan nya, tidak ditinggalkan, karena, dalam sejarah dari Dinasti Sung Liu-(420-473 M), hal ini terkait bahwa satu Hsieh Chuang (AD 421 -466) mengukir peta di kayu, 10 meter persegi, menunjukkan gunung, sungai, dan konfigurasi umum negara. Peta ini terdiri dari potongan dilepas yang bisa dihapus dan disatukan lagi.
Namun demikian, peta mencapai titik tinggi dalam perkembangan mereka dengan ketersediaan kertas. Kuo San dan Chin periode awal bahkan lebih penting dari periode Dinasti Han untuk pencapaian gaya definitif kartografi Cina. Peta selanjutnya berada di tangan kementerian pekerjaan umum, yang memiliki peta administratif baru dibuat. Kaisar pertama dari Dinasti Chin pemersatu (AD 265-317), Wu Ti (AD 265-290) menunjuk seorang pria yang sangat luar biasa, Phei-Hsiu (AD 224-271), sebagai Menteri Pekerjaan Umum dalam 267. Anak muda ini ditakdirkan untuk menjadi, sebagaimana Chavannes memanggilnya, "ayah dari kartografi ilmiah di Cina". Menimbang bahwa kantornya menyangkut tanah dan bumi, dan menemukan bahwa nama-nama gunung, sungai dan tempat-tempat, seperti yang diberikan dalam Kung Yu, telah menderita banyak perubahan sejak zaman kuno, sehingga mereka yang membahas identifikasi-identifikasi mereka sudah sering mengusulkan agak dipaksakan ide-ide, dengan hasil bahwa ketidakjelasan berangsur-angsur menang. Phei Hsiu melakukan studi kritis terhadap semua materi yang ada dan peta topografi, menolak apa yang meragukan, diklasifikasikan, setiap kali dia bisa, nama-nama kuno yang telah menghilang, dan ia menulis sebuah manual ilmiah untuk penyusun deskripsi geografis dan peta. Pekerjaan ini dimulai dengan survei kartografi awal, dengan indikasi kekurangan, dan hasil untuk menguraikan metode baru (Enam Phei Hsiu itu Prinsip Kartografi, membutuhkan bahwa peta dengan benar berorientasi dan dibagi dengan bersih, bukan dari meridian dan paralel, tapi garis berpotongan pada interval yang sama untuk membentuk kotak, yang dimaksudkan untuk memfasilitasi pengukuran jarak (dalam li). A, baru delapan belas-lembar peta seluruh negeri pada skala 500 li untuk satu inci, dibuat oleh Phei Hsiu untuk deskripsi resmi Cina, berulang Yu-Kung, yang Kaisar yang disimpan di antara arsip rahasianya.
Bab 35 dari Shu Chin mempertahankan keterangan dari pembuatan peta di mana ia kemudian terlibat, bersama-sama dengan pengantarnya untuk peta. Pengantar mengatakan:

        Asal peta dan risalah geografis pergi jauh kembali ke mantan usia. Di bawah tiga dinasti (Hsia, Shang dan Chou) ada pejabat khusus untuk ini (Kuo Shih). Kemudian, ketika orang-orang Han Hsien-yang dipecat, Hsiao Ho mengumpulkan semua peta dan dokumen Chhin tersebut. Sekarang tidak mungkin lagi untuk menemukan peta tua dalam arsip rahasia, dan bahkan mereka yang Hsiao Ho menemukan yang hilang; kita hanya memiliki peta, baik umum maupun lokal, dari waktu Han (Kemudian). Tak satu pun dari mempekerjakan skala lulus dan tidak satupun dari mereka adalah diatur pada kotak persegi panjang. Selain itu, tidak satupun dari mereka memberikan sesuatu seperti sebuah representasi lengkap dari pegunungan dirayakan dan sungai besar, pengaturan mereka sangat kasar dan tidak sempurna, dan satu tidak bisa mengandalkan mereka. Memang beberapa dari mereka mengandung absurditas, yang tidak relevan, dan membesar-besarkan, yang tidak sesuai dengan realitas, dan yang harus dibuang oleh akal sehat.
       Asumsi kekuasaan oleh Dinasti Chin yang besar memiliki ruang terpadu di semua enam arah. Untuk memurnikan wilayahnya, itu dimulai dengan Yung dan Shu (Hupei dan Szechuan), dan menembus jauh ke dalam wilayah mereka, meskipun penuh dengan rintangan. Kaisar Wen kemudian memerintahkan pejabat yang tepat untuk menyusun peta Wu dan Shu. Setelah Shu telah ditaklukkan dan peta diperiksa, sehubungan dengan jarak dari satu sama lain dari pegunungan, sungai dan tempat-tempat, posisi dataran dan declivities, dan garis-garis jalan, apakah lurus atau melengkung, yang enam tentara telah diikuti; ditemukan bahwa tidak ada kesalahan sedikitpun. Sekarang, merujuk kembali ke jaman dahulu, saya telah diperiksa sesuai dengan Kung Yu pegunungan dan danau, program dari sungai, dataran tinggi dan dataran, lereng dan rawa-rawa, batas-batas dari sembilan provinsi kuno dan yang modern enam belas, mengambil rekening markas dan vasal, prefektur dan kota-kota, dan tidak melupakan nama-nama tempat di mana kerajaan kuno menyimpulkan pertemuan perjanjian atau dipegang, dan terakhir, memasukkan jalan-jalan, jalan, dan perairan navigasi, saya telah membuat peta ini dalam delapan belas lembar.
Dalam pembuatan peta ada enam prinsip yang dapat diamati:
(1) Pembagian lulus yang merupakan sarana untuk menentukan skala peta yang harus ditarik.
(2) grid persegi panjang (garis paralel dalam dua dimensi), yang merupakan cara menggambarkan hubungan yang benar antara berbagai bagian peta.
(3) Mondar-mandir keluar sisi dari segitiga siku-siku, yang merupakan cara untuk memperbaiki panjang jarak diturunkan (yaitu, sisi ketiga segitiga yang tidak dapat berjalan atas).
(4) (Mengukur) yang tinggi dan rendah.
(5) (Mengukur) kanan sudut dan sudut akut.
(6) (Mengukur) kurva dan garis lurus. Ketiga asas tersebut digunakan sesuai dengan sifat medan, dan sarana yang satu mengurangi apa yang benar-benar dataran dan perbukitan (lit. tebing) untuk jarak pada permukaan pesawat.
Jika salah satu peta menarik tanpa divisi lulus, tidak ada cara membedakan antara apa yang dekat dan apa yang jauh. n salah satu divisi telah lulus, tapi tidak ada kotak persegi panjang atau jaringan garis, maka sementara satu dapat mencapai akurasi dalam satu sudut dari peta, orang pasti akan kehilangan tempat lain (yaitu, di tengah-tengah, jauh dari membimbing tanda). Jika seseorang memiliki kotak persegi panjang, tetapi tidak bekerja pada prinsip li tao, maka ketika itu adalah kasus tempat di negara yang sulit, di antara gunung-gunung, danau atau laut (yang tidak dapat dilalui secara langsung oleh surveyor), seseorang tidak bisa memastikan siapa mereka terkait satu sama lain. Jika seseorang telah mengadopsi prinsip tao li, namun tidak diperhitungkan, tinggi dan rendah sudut yang tepat dan sudut akut, dan kurva dan garis lurus, maka angka untuk jarak yang ditunjukkan pada jalur dan jalan akan jauh dari kebenaran, dan satu akan kehilangan akurasi dari grid persegi panjang.
     Tetapi jika kita memeriksa peta yang telah disiapkan oleh kombinasi dari semua prinsip-prinsip ini, kita menemukan bahwa representasi skala sebenarnya dari jarak ditetapkan oleh divisi lulus. Begitu juga realitas posisi relatif dicapai dengan menggunakan sisi serba segitiga siku-siku, dan skala sebenarnya dari derajat dan angka ini kembali diproduksi oleh penentuan tinggi dan rendah, dimensi sudut, dan garis melengkung atau lurus . Jadi bahkan jika ada hambatan besar dalam bentuk pegunungan tinggi atau danau yang luas, jarak yang besar atau tempat-tempat aneh, memerlukan memanjat dan keturunan, menapak langkah atau jalan memutar - semuanya dapat diperhitungkan dan ditentukan. Ketika prinsip dari grid persegi panjang benar diterapkan, maka lurus dan melengkung, yang dekat dan jauh, tidak dapat menyembunyikan bentuk mereka dari kita.

. Meskipun Phei Hsiu meninggalkan kita begitu jelas account dari metode, seperti rekan-rekan Yunani nya, sayangnya peta yang sebenarnya tidak bertahan hidup dalam bentuk apapun. Sarjana modern telah berusaha membangun kembali mereka - Herrmann, misalnya, yang menganggap Phei Hsiu cukup layak untuk dibandingkan dengan Ptolemy. Pada 1697 Hu Wei telah membuat semacam rekonstruksi di Chui Kung nya Yu Chih [beberapa poin dalam Subyek luas dari Kung Yu]. Ada tradisi di kalangan ulama kemudian bahwa peta Phei Hsiu telah dibangun pada skala 500 li sama dengan dua inci, yang telah datang di bawah pertanyaan serius oleh peneliti lain dalam bidang kartografi Cina.
Sebuah suasana yang sama meliputi Ching Hai Shan, yang, bagaimanapun, juga beruang kemiripan dengan Kung Yu dalam bahwa sering menyebutkan adanya cukup masuk akal, tanaman mineral dan hewan. Sebuah tabel yang rumit ini, bersama dengan hewan luar biasa, tanaman dan semi-ras manusia dan masyarakat, telah dibuat oleh Ho Kuan Chou dan Cheng-Khun Te. Ada masalah yang sangat sulit dari tanggal buku. Hal ini tentu saat ini dalam beberapa bentuk dalam periode Han Mantan (Ssuma Chhien mengacu pada itu), dan banyak bahan, pada bukti internal, akan kembali ke waktu (dan mungkin sekolah) Yen Tsou (akhir abad ke-4 SM). Beberapa konten yang mungkin bahkan jauh lebih tua dari itu, untuk Wang Kuo-Wei menunjukkan bahwa salah satu tokoh yang disebutkan dalam Shan Hai Ching, Wang Hai, sudah menjadi semacam dewa dalam periode Shang (abad ke-13 SM) dan muncul sebagai tersebut pada oracle-tulang. Di sisi lain, bab-bab selanjutnya (6-18) mungkin Han Kemudian atau bahkan tanggal Dinasti Chin. Seperti Wang Yung mengatakan, banyak fitur topografi yang disebutkan dalam buku ini dapat menjadi sekitar diidentifikasi, dan membentuk sebuah tambang benar informasi tentang kepercayaan kuno tentang hal-hal alami seperti mineral dan obat-obatan.
Pembahasan chief berpusat putaran makhluk menakjubkan dan masyarakat dijelaskan. Mengambil pandangan bahwa Shan Hai Ching adalah 'panduan perjalanan' tertua di dunia, Schlegel sarjana mencoba sejumlah naturalistik identifikasi-sehingga wen shen kuo itu mungkin barbar suku-suku di Kurles yang dipraktekkan tato, yang pai min kuo dan mao jen [orang kulit putih berbulu] itu mungkin Ainu, para Ikuo yu harus menjadi 'barbar berbau busuk' dari pantai Siberia dari siapa lem ikan Cina yang diimpor untuk busur di masa sangat awal, dan seterusnya. Identifikasi yang diperkaya oleh bagian dari banyak buku-buku lain Cina kuno dan abad pertengahan. Tapi sebagian besar masyarakat yang disebutkan secara jelas luar biasa, kepala yang terbang sendirian, pria bersayap, anjing berwajah laki-laki, tubuh tanpa kepala, dan sejenisnya. Karena banyak sekali ini muncul juga dalam mitologi Yunani, masalah transmisi sekaligus hadiah itu sendiri. De sarjana Mely dikumpulkan dari beberapa jenis ensiklopedi akhir tujuh puluh dari makhluk-makhluk luar biasa (hampir semua yang muncul di Shan Hai Ching), dan dalam semua tetapi sangat sedikit kasus bisa menunjukkan analog mereka dalam penulis Yunani dan Latin. Herodotus (abad ke-5 SM) adalah salah satu sumber paling awal, tapi ada banyak bahan yang sama di Strabo dan Plinius. Ini dikumpulkan dan dipekatkan dengan Gaius Julius Solinus pada abad ke-3 dalam bukunya kumpulan catatan Rerum Alemorabilium, yang sebenarnya merupakan kompilasi dari 'omong kosong' di Pliny, dan yang, dengan judulnya berubah menjadi Polyhistor dalam revisi abad ke-6, disediakan berlimpah 'keajaiban' untuk geografer sepanjang Abad Pertengahan Eropa. Sangat menarik untuk membandingkan beberapa ilustrasi dari Shan Hai Ching dengan paralel dari Solinus.
Sarjana Barat telah sangat cenderung untuk menganggap tubuh ini Cina teratologi mitos sebagai asal Yunani. Dalam kasus tertentu mereka mungkin benar. Kisah pertempuran dari pigmi dengan crane, yang terjadi di banyak penulis Yunani kuno, pertama ditemukan di Lüeh Wei Yu Huan, AD buku abad ke-3 (waktu Solinus). Tapi itu akan terlalu jauh untuk mendapatkan semua makhluk menakjubkan Shan Hai Ching dari sumber-sumber Yunani beberapa dari mereka juga dapat kembali di China di luar waktu Herodotus. Upaya, seperti yang Wei Chu-Hsien, untuk melacak mereka untuk mitologi India, tidak meyakinkan baik, namun juga mungkin beberapa India atau Iran primer (atau bahkan Mesopotamia) sumber mungkin telah terpancar mereka di kedua arah. Peramal Babilonia yang sangat tertarik pada terata dan ada bukti yang menunjukkan cukup meyakinkan bahwa bagian-bagian dari buku ini yang menggambarkan surga-seperti tempat berasal dari legenda India sebelumnya. Beberapa sarjana mengidentifikasi Ctesias (abad ke-4 SM) dan Megasthenes (3 abad SM) sebagai sumber utama dari barat transmisi.
Apa yang aneh adalah bahwa materi belum diperiksa dari sudut pandang sejarah biologi. Untuk embriologi yang tampak jelas bahwa sebagian besar kelainan yang berbeda yang membentuk dasar dari korpus legenda bisa saja berasal dari monstrositas manusia dan hewan alami. Beberapa sarjana telah melacak legenda Timur dan Barat cynocephali untuk hirsutisme berwajah manusia, mengutip contoh-contoh hidup Burma, serta monyet cynocephalic. Jika ini pint pandang harus berlaku, tidak akan ada alasan untuk mengasumsikan setiap transmisi Barat-Timur sama sekali, pada setiap tingkat untuk menjelaskan asal-usul. Penafsiran seperti akan, bagaimanapun, tidak konsisten dengan penilaian lebih sosial, di mana keberadaan mitos ini akan berhubungan dengan semacam xenofobia hadir di semua masyarakat kuno.
Mengingat betapa pentingnya saluran air untuk sistem sosial dan ekonomi Cina di sepanjang waktu, wajar bahwa perhatian mendalam harus diberikan kepada mereka. Risalah pertama dari jenisnya adalah bahwa Sang Chhin dari abad ke-1 SM, Shui Ching [Waterways Klasik], tapi teks seperti sekarang kita memilikinya dianggap dari tangan dari beberapa geografi periode San Kuo, di setiap tingkat sebelum Masehi 265. Ini memberikan deskripsi singkat tidak kurang dari 137 sungai. Tentang awal abad ke-6 Masehi itu diperbesar sampai hampir empat puluh kali ukuran aslinya oleh geografer Li besar Tao-Yuan dan diberi judul Chu Ching Shui [The Waterways Komentar Klasik]. Ini merupakan sebuah karya pentingnya yang pertama. Dari judul beberapa buku lain (Chiang Kamis), akan terlihat bahwa sungai-sungai sedang dipetakan dari Dinasti Chin dan seterusnya. Di antara risalah semacam ini di dapat disebutkan Sung Wu Chung Li Shu Shui [Air-Conservancy Distrik Wu] oleh Shan O (AD 1059). Shan menghabiskan lebih dari tiga puluh tahun menjelajahi danau, sungai dan kanal di wilayah Suchow, Chhangchow dan Huchow. Seratus tahun kemudian Fu Yin menulis Kung Yu Shuo Tuan [Diskusi dan Kesimpulan mengenai Geografi Tribute Yu], di mana ia berurusan terutama dengan lembah Sungai Kuning. Beberapa grafik diagram, mungkin dari abad ke-12, masih termasuk dalam bukunya.
Sejarah geografi dan kartografi ilmiah biasanya disajikan sebagai mengandung celah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan antara waktu Ptolemy (abad ke-2) dan tentang AD1400. Karya standar yang paling tua pada subjek tampaknya terbatas pada konvensi tertentu untuk partisipasi Cina, ada diskusi pengetahuan Eropa abad pertengahan dari Cina, apa yang orang-orang Arab mengatakan tentang hal itu, dan stimulus dari kunjungan yang dilakukan oleh para pedagang dan agama- utusan diplomatik pada abad 13, tapi jarang ada diskusi yang mendalam tentang kartografi Cina sendiri (Needham dan Chavannes memiliki diskusi yang paling rinci ditemukan sampai saat ini). Namun selama seluruh milenium saat kartografi ilmiah tidak diketahui Eropa, Cina terus mengembangkan tradisi mereka sendiri, tidak sepenuhnya astronomi, tetapi sebagai kuantitatif dan persis seperti mereka bisa membuatnya. Kedua tertua peta yang ada dikenal dari Cina yang ditemukan di Hutan Tablet di Hsiafu, ibukota provinsi Shaanxi, di pedalaman yang jauh. Mereka terukir pada loh batu dalam "hutan", yang merupakan koleksi monumen paling berharga dan kuno berkumpul di kota itu. Peta diukir dengan tahun disebut Fou Chang, yang Chavannes memperkirakan akan AD 1137 (keterangan lengkap disediakan dalam Buku Dua monograf).
Bagaimana hal ini gambaran umum dibandingkan dengan perkembangan geografi deskriptif di Barat? Orang Cina punya apa-apa tentang kualitas Herodotus atau bahkan Strabo di zaman sekarang dengan mereka, tetapi selama kesenjangan antara 3 dan abad ke-13, ketika belajar di Eropa menurun drastis, orang Cina jauh lebih maju, dan terus berkembang. Lantai diadakan di Eropa oleh Solinus dan mitos, hampir seolah-olah Shan Hai Ching harus terus mendominasi di China tanpa persaingan dari diplomat seperti Khang Thailand, peziarah seperti Fa-Hsien, etnografer seperti Shao Ying, dan pengawas perdagangan seperti Chao Ju -Kua. Pada periode Thang, hampir satu-satunya wakil yang wajar bahwa Barat dapat menghasilkan adalah uskup Syria Yakub dari Edessa (AD 633-708). Orang-orang Arab, bagaimanapun, cocok lebih baik. Oleh Sung, sekitar tahun 950, mereka meletakkan dasar-dasar geografi kemudian Barat, dengan al-Ya'qubi, Ibnu Khurdadhbih, al-Ma'sudi, Ibn al-Faqih, al-lstakhri dan Ibn Hawqal (lihat Buku II monograf ini). Geografi Arab mencapai puncaknya dengan al-Idrisi pada abad ke-12 namun masih menghasilkan banyak nama baik 13. Tentu saja, Barat punya literatur haji nya, analog dengan para Buddhis Cina, dimulai dengan "pertama dari buku panduan-Kristen", yang Jadwal dari Bordeaux ke Yerusalem AD 333, dan catatan tentang pelayaran perdagangan, seperti sebagai Topografi Kristen Cosmas Indicopleustes ditulis tentang AD540 (lihat monografi # 202 pada Buku II), ketika Liang sedang berkuasa di Nanking. Tapi ketika kita membaca sejarah yang cermat dari Renaissance, seperti Kisah Nyata Penaklukan Spanyol oleh Bernal Baru Diaz del Castillo sekitar 1520, atau Relacion de las Cosas de Yucatan Diego de Landa (1566), salah satu merasa bahwa Barat hanya sekarang mulai mengikuti jalan deskripsi tujuan yang China telah menginjak untuk milenium sebelumnya dan setengah.
Perkembangan kartografi Yunani telah begitu sering menguraikan bahwa hanya diperlukan di sini untuk mengingatkan diri kita dari fitur penting dalam kata-kata sangat sedikit. Ini dimulai dengan Eratosthenes (276-196 SM), Lu Pu kontemporer-Wei, yang penerapan sistem koordinat ke permukaan bumi berasal dari tekadnya kelengkungan bumi. Pengamatan yang terkenal dari bayang-bayang gnomon pada titik balik matahari musim panas di Syene dan Alexandria menyebabkan angka sekitar 25.000 mil benar geografis untuk lingkar bumi. Perlu dicatat bahwa bumi itu bulat sebanyak di dasar kartografi Yunani sebagai bumi yang datar berada di dasar Cina. Tapi dalam prakteknya bedanya kurang dari akan tampak pada pandangan pertama, untuk orang-orang Yunani tidak pernah dikembangkan proyeksi memuaskan untuk menggambarkan permukaan bola pada selembar kertas datar.
Para oikoumene, atau dunia yang dihuni, Eratosthenes adalah lonjong, 78.000 stadia [sekitar 7.800 mil geografis] panjang, dan 38.000 stadia dari utara ke selatan. Ini dilintasi serangkaian paralel (lintang), dipilih sesuai dengan bayangan-panjang solstitial gnomon, dan seri lain dari meridian, yang dipilih secara sewenang-wenang.
Hipparchus (ca. 162-125 SM), kontemporer Liu An dan sekolahnya, mengkritik karya Eratosthenes dan memperkenalkan berbagai rectifications, termasuk climata istilah untuk daerah antara paralel. Paralel Eratosthenes telah sewenang-wenang, namun Hipparchus membuat mereka sama dan astronomis tetap. Dalam oikoumene itu ada sebelas, yang selatan sedang setengah jalan antara khatulistiwa dan tropik itu, yang sesuai samping hari solstitial dari 13 jam, di samping salah satu dari 13,5 jam, dll satu utara, melewati utara Inggris , berhubungan dengan hari solstitial dari 19 jam. Untuk bujur ia tidak kemajuan baru.
Dengan Ptolemeus (ca. AD 120-170), yang bekerja pada saat yang sama seperti Tshai Yung, pemetaan akurat atau ilmiah dari dunia kuno mencapai puncaknya terbesar. Tidak kurang dari enam dari delapan buku Geografi yang ditempati dengan tabel lintang dan bujur dari tempat-tempat tertentu, diberi kepada sebuah presisi dari satu-dua belas derajat. Tapi benar-benar bujur dugaan saja. Hipparchus, memang, telah mengusulkan cara mengukur mereka dengan pengamatan di stasiun yang berbeda dari terjadinya gerhana bulan, tetapi hanya satu atau dua percobaan semacam ini yang tersedia untuk Ptolemy. Dunia kuno tidak dapat mengatur pengamatan ilmiah dalam skala yang dibutuhkan. Namun, Ptolemy sangat mengurangi perkiraan panjang di Asia yang telah diberikan oleh Marinus dari Tirus (jarak dari Menara Batu ke Metropolis Sera), dan dalam hal ini dia sepenuhnya dibenarkan. Pada peta yang terbesar, yang meliputi 180 ° bujur dan 80 ° lintang, ia membuat usaha untuk menunjukkan meridian dan paralel dengan garis melengkung.
Namun, di sini kita harus memperhatikan titik yang akan membuktikan kepentingan tertentu bagi kita, yaitu, bahwa di peta nya area yang lebih kecil atau negara-negara individu, Ptolemy menggunakan kotak persegi panjang sederhana. Dalam hal ini ia mengikuti contoh Marinus Tirus, yang kita baru saja disebutkan. Marinus (ca. AD 100) mungkin telah memiliki kredit yang kurang dari adalah karena dalam sejarah kartografi, untuk seperti itu Eratosthenes, karyanya dikenal kita hanya di tangan kedua. Ini akan perlu diingat bahwa ia terutama tertarik pada perpanjangan pengetahuan geografis terhadap Timur, dan memanfaatkan data yang diberikan oleh Maes Titianus, seorang Suriah terlibat dalam perdagangan sutra dengan Seres [Cina]. Ini juga akan bernilai sementara mengingat bahwa Marinus Tirus adalah kontemporer yang tepat dari astronom Chang Heng. Marinus puas, kemudian, untuk menarik garis lintang meridian nya paralel dan bujur di sudut kanan satu sama lain.
Sebuah hal penting yang harus dibuat adalah bahwa, sama seperti kartografi ilmiah dari Yunani itu menghilang dari kancah Eropa, ilmu yang sama dalam bentuk yang berbeda mulai dibudidayakan lebih intens di kalangan Tionghoa. Sebuah tradisi yang dimulai dengan sungguh-sungguh dengan pekerjaan Chang Heng (78-139 AD) dan satu yang untuk melanjutkan, tanpa gangguan, sampai kedatangan para Yesuit. Perkenalannya dengan ujung barat dan penemuan rute yang aman ke India membawa Buddhisme ke China. Seperti Taoisme sebelum itu, dan Jainisme, yang dikembangkan dengan itu, Buddhisme dipengaruhi kosmogoni Cina dan kartografi: bumi direpresentasikan sebagai disk berpusat di Gunung Meru dan seluruhnya dikelilingi oleh laut. Namun, kemudian geografi India tidak lagi ditempatkan gunung ini di tengah dunia, sebagai befitted pengetahuan mereka berkembang geografi, yang sekarang termasuk wilayah Oxus (Amu Darya) dan Cina. Pengaruh India terlihat dalam peta Cina hanya beberapa, terutama mereka yang dalam teks aslinya India.
Sebuah ringkasan sejarah kartografi di Cina telah sangat diabaikan oleh para sejarawan dan sarjana lain, namun satu telah tersedia untuk sarjana Barat selama hampir setengah abad di koran fundamental Chavannes. Apa yang mendekati ke monografi tentang sejarah kartografi Cina juga telah disumbangkan oleh Herrmann, meskipun itu terkubur dalam laporan ekspedisi. Dalam bahasa Cina kita berhutang pengenalan yang berharga, terutama bibliografi dalam karakter, Wang Yung, dan satu kadang-kadang dapat menemukan artikel pendek tentang sejarah geografi di Cina, seperti yang oleh Huang Ping-Wei. Upaya dari semua ulama disusun dan substansial ditambahkan oleh Joseph Needham dalam Ilmu multi-volume dan Peradaban di Cina.
Perlu dicatat bahwa alasan mengapa begitu banyak diskusi telah difokuskan pada pengembangan kartografi Cina dalam pengantar ini karena pengobatan yang sangat langka yang diterima dalam sejarah umum paling di kartografi. Untuk diskusi lebih rinci tentang hal yang satu ini dapat berkonsultasi Needham, Chavannes dan Hermann, yang karya-karyanya cukup sulit untuk akses.

India Kartografi
India (Sind-Hind ke Arab, Gunung Meru ke Cina) dilakukan melalui kosmogoni nya pengaruh yang mendalam pada negara-negara lain, namun itu sendiri awalnya di bawah pengaruh Babel. Sementara di Babel sangat praktis, bagaimanapun, filsafat adalah provinsi hanya dari ulama dan imam, dalam teori kosmogoni India menyebar dari kuil kepada masyarakat umum, dan setiap perkembangan bebas dari pengetahuan empiris terhambat oleh perselisihan agama dan kasta-terikat. Hasil lebih lanjut bahwa India tidak memiliki kartografi untuk berbicara tentang. Tentu saja manusia tidak bisa melakukan seluruhnya tanpa peta, dan beberapa jenis representasi yang mirip dengan peta yang mungkin dibuat, tetapi ini, digambar di telapak-serat kertas, juga harus memiliki aus dengan penggunaan, atau diawetkan untuk hari ini di bait arsip tidak dapat diakses untuk Eropa. Kita tahu bahwa pelaut India telah peta dan pilot-buku, kartografer Turki Seidi Ali menggunakan beberapa, misalnya, dan begitu pula Portugis di perjalanan pertama mereka di perairan India, seperti yang ditunjukkan oleh fakta bahwa peta Portugis awal berisi informasi tentang negara-negara timur bahwa mereka tidak bisa sebaliknya telah diperoleh.
Semua yang tersisa di masa kini adalah gambar kosmogonik umum berasal dari teori bahwa dunia terdiri dari tak terhitung jumlahnya bola dunia yang terpisah. Bumi kita adalah salah satu cincin konsentris dalam sebuah piringan terlepas dari dunia, dan semua atau bagian dari cincin dihuni. Di pusat adalah Gunung Meru Maga, dari mana mengalir sungai. Daftar masyarakat, kota dan negara penemuan murni, seperti peta kemudian Eropa dari negara-negara imajiner seperti Cockaigne. Ada peta dunia yang menunjukkan Buddha sebagai bunga teratai mengambang, yang kelopak, benang sari dan putik ditutupi dengan nama-nama negara, sungai, dan seterusnya, kebanyakan dari mereka ditemukan. Tidak ada satu di India tampaknya telah tertarik dalam kartografi, meskipun kita pasti bisa menganggap keberadaan peta lain yang menjawab kebutuhan riil masyarakat dalam kondisi yang tampaknya menguntungkan, terutama rasa yang luar biasa di India 'arah. Peta asal asli dibawa ke Eropa dari Burma dan Nepal, tetapi ini adalah produk dari pengaruh Eropa, dan setiap karakter asli mereka mungkin tampaknya adalah karena ketidak pahaman mereka seniman 'dengan pensil dan kertas yang disediakan oleh Eropa yang mungkin telah benar-benar mengarahkan pekerjaan mereka. India lama negara tertutup, dan bahkan jika dia mengizinkan orang asing untuk masuk, ia sendiri tidak perdagangan dengan negara lain. Agama India (yaitu, non-muslim agama) tidak mengizinkan orang-orang untuk meninggalkan negara mereka. Jadi geografi India tahu sedikit tentang negara asing, dan Brahman, atau cosmographies Jain penuh dari masyarakat imajiner dan tanah.

Kesimpulan
Dalam mencapai kesimpulan penilaian status konseptual dan praktis dari kartografi di dunia kuno, beberapa tema muncul. Bahkan jika penyisihan dibuat untuk kekurangan parah artefak peta dari periode itu, adalah mungkin untuk menyimpulkan dari bukti sastra bahwa tidak ada peradaban seorang pun memiliki monopoli atas berbagai fungsi tertentu atau peta dan bahwa jumlah sangat besar fungsi peta. Di Mesopotamia dan di Mesir, di pusat-pusat Yunani dan Romawi dan di Cina, baik peta langit dan bumi ada. Peta skala besar, memenuhi banyak fungsi, juga ditemukan dalam semua masyarakat, meskipun X harus dikatakan bahwa ada lebih banyak bukti untuk penggunaan peta dalam Periode Romawi daripada di periode lain kuno. Fungsi-fungsi ini termasuk penggunaan peta sebagai catatan kadaster dan hukum, sebagai alat bantu untuk wisatawan, untuk memperingati peristiwa militer dan agama, sebagai dokumen strategis, sebagai propaganda politik, dan untuk tujuan akademik dan pendidikan. Sedangkan sampai sekitar 170 SM peta tampaknya asing bagi sebagian besar Roma, setelah tanggal yang menggunakan mereka meningkat terus. Tetapi sementara bukti penggunaan peta dalam masyarakat Romawi lebih banyak, seharusnya tidak lupa yang menggunakan serupa mungkin telah hadir di peradaban biasanya dianggap sebagai memiliki membungkuk kurang praktis, seperti klasik Yunani dan Cina.
Peta bervariasi dalam skala, dari penggambaran kosmos dan alam semesta di salah satu ujung kontinum skala besar rencana kamar atau kuburan di ujung lain. Sejauh mana para pembuat peta di dunia kuno menyadari konsep skala dangding masih belum diselesaikan. Kami memiliki rencana yang akurat ternyata Babel properti, rumah, kuil, kota, dan bidang dari sekitar 2.300 sampai 500 SM, dan ada bukti penggunaan semacam skala grafis pada rencana pada patung Gudea (ca. 2.100 SM ). Tapi itu tidak sampai nanti di masa itu konsep yang jelas tentang rasio adalah eksplisit, ketika sebuah instruksi di Corpus Agrimensorum diperkirakan untuk merujuk surveyor magang skala 1:5.000, sesuai dengan satu kaki Romawi untuk satu mil Romawi, dan yang Forma Urbis Romae mungkin telah sadar direncanakan pada skala umum 1:240 atau 1:250.
Orientasi peta ini awal bervariasi. Tidak seperti salah satu Babel peta (tablet tanah liat dari Nuzi), peta klasik tidak mengandung indikasi eksplisit dari poin kardinal, tapi utara pasti di atas dalam arketipe dari dunia yang dihuni dengan menempati kuadran atas dan climata secara paralel zona tegak lurus dengan sumbu bumi, juga mungkin telah mendorong penggunaan awal utara sebagai arah orientasi utama. Selatan dan timur mungkin juga telah disukai di Timur Tengah jauh sebelum digunakan didirikan mereka dengan bahasa Arab dan pembuat peta Kristen.
Keakuratan peta dalam periode awal ini lumayan bervariasi. Orang Yunani adalah pelaut-pelaut besar dan astronom sedangkan Roma berada di atas semua pembuat jalan, tentara, dan petani. Mungkin memiliki peta yang lebih Mesir telah diawetkan, kita harus menemukan dalam setidaknya beberapa dari mereka tingkat nyata ketepatan dalam pengukuran piramida. Karena perhitungan jarak pada rute laut selalu lebih sulit dan astronomi bantalan digunakan agak sporadis, kita dapat berharap akurasi yang lebih besar, di mana ini penting, di Roma daripada di peta Yunani. Jarak yang diberikan dalam teks atau di peta biasanya ditunjukkan panjang lebar maksimum dan provinsi, daerah, atau pulau. Marinus, misalnya, termasuk jarak sejumlah tanah serta koordinat. Koordinat-Nya mungkin telah didasarkan pada bujur timur menjalankan Canary, seperti yang Ptolemy, dan lintang yang baik adalah yang mirip dengan Ptolemy atau didasarkan pada Rhodes, meskipun ia tidak pernah konsisten dalam memberikan kedua lintang dan bujur. Ide penggunaan koordinat dikembangkan pertama di kartografi langit, sendiri bahasa Yunani, bukan perhatian Romawi, dan kemudian diadaptasi untuk penggunaan terestrial suatu. Ini harus menunjukkan, bagaimanapun, bahwa ketepatan koordinat Ptolemy tempat, muara, dan promontories sebagian besar ilusi, karena pengukuran ilmiah beberapa bujur lintang atau bahkan mungkin telah dibuat. Sebagian besar angka tersebut didasarkan pada perkiraan jarak darat atau laut berasal dari sumber-sumber dari berbagai kehandalan.
Pengobatan yang paling komprehensif kartografi Yunani dan Romawi dapat ditemukan dalam itu Heidel Frame Maps Yunani Kuno, Peta Dilke yang Yunani dan Romawi, dan The Harley Sejarah Kartografi, Volume Satu dan Dua. Untuk pembahasan rinci tentang upaya kartografi Cina, lihat multi-volume Sains dan Peradaban Needham di Cina


http://cartographic-images.net/Cartographic_Images/INTRODUCTION_A_files/droppedImage_6.png


The oikumene [known world], ca. 300 BC (from the West’s perspective)

http://cartographic-images.net/Cartographic_Images/INTRODUCTION_A_files/droppedImage_1.jpg

Dimana Mediterania dan Samudra memenuhi ditemukan mercusuar dari batu dan perunggu dibangun oleh Hercules, raja besar. Mereka ditutupi dengan prasasti dan diatasi dengan patung, yang menunjuk seolah berkata: 'Tidak ada cara luar saya, di luar saya tidak ada bagian bagi mereka yang memasuki laut dari Mediterania! 'Tidak bisa masuk kapal laut. Ini tidak mengandung tanah dan tidak dihuni hewan rasional tinggal di sana. Mana dimulai dan berakhir di mana keduanya tidak diketahui. Ini adalah Laut Shadmus, Laut Hijau, Samudra yg melingkungi.

Untuk Abad Pertengahan Latin, Atlantik Mare Tenebrosum, karena orang Arab, Bahr al-Zulamat. Keduanya berarti Laut Kegelapan, dan siapa saja yang telah memandang ke arah barat dari pantai utara Portugal dan melihat bank-bank awan berat tergeletak di cakrawala akan mengakui nama sangat cocok ke Atlantik. Itu yg menandai kemalangan: Bagi orang Kristen, kata tenebrosum ¬ nyarankan gested jahat dan membangkitkan Pangeran Kegelapan. Bagi kaum Muslim, kata Arab untuk "kegelapan," al-zulumat tidak bisa tetapi panggilan untuk pikiran ayat Al-Qur'an dalam Surah 24 megah, al-Nur, "Cahaya," di mana negara kafir digambarkan sebagai seperti "kedalaman kegelapan di laut dalam yang luas, dipenuhi dengan ombak, ditutupi oleh ombak, diatapi oleh [gelap] awan -. kedalaman kegelapan, satu di atas yang lain"
Ini nama - dan analog, Laut Hitam, Bahr al-Muzlim - cukup menunjukkan rasa takut manusia abad pertengahan dan ketidaktahuan Samudra Atlantik. Tapi laut itu, nama yang lebih menguntungkan juga. Dua, Laut Green dan Samudra yg melingkungi, muncul di bagian hanya dikutip dari sejarawan abad ke-10 yang terkenal ahli geografi Arab dan al-Mas'udi (lihat # 212 pada Volume 2), yang karya-karyanya penuh dengan geog menarik ¬ raphical informasi. Orang Arab menggunakan nama-nama lain juga, seperti Uqiyanus ilmiah, secara langsung transliterasi dari kata Yunani Okeanos, dan bahkan, dalam sumber-sumber kemudian dari dunia Islam barat, Bahr al-Atlasi, Laut, Pegunungan Atlas - rendering yang tepat dari kata "Atlantik."
Tapi nama Arab yang paling sering untuk Atlantik adalah al-Bahr al-Muhit, yg mengelilingi, atau All-Meliputi, Samudra. Nama ini diwujudkan gagasan yang sangat kuno. Babilonia, dan mungkin Sumeria sebelum mereka, diperkirakan dihuni bagian dunia sebagai perahu terbalik, gufa sebuah, mengambang di laut. Kata ini Sumeria tua itu digunakan untuk menggambarkan round-bottomed perahu buluh digunakan di rawa-rawa Irak selatan, di mana mereka masih dikenal dengan nama yang sama. Nama dan konsep telah terbukti sangat gigih. Ide lulus dari Babilonia ke Yunani, dan geografi dari Herodotus dan Hecataeus pada menggambarkan dunia sebagai dikelilingi dari semua sisi oleh samudra universal, bahkan ketika batas-batas dunia yang dikenal telah jauh melampaui apa saja diperluas Babel bisa dibayangkan.
Lama setelah Aristoteles telah menunjukkan, di abad keempat SM, bahwa dunia itu bulat, gambar Babel yang lama bertahan. Menulis hampir 1400 tahun setelah Aristoteles, dan tahu betul bahwa bumi ini bulat, al-Mas'udi masih bisa membandingkannya dengan telur mengambang di air. Sejarawan Arab Ibnu Khaldun, menulis 400 tahun setelah Al-Mas'udi dan hampir 1900 setelah Aristoteles, dibandingkan bagian dihuni dunia untuk anggur mengambang di atas cawan air.
Bangsa Babilonia memiliki sedikit pengetahuan tentang tanah di luar Mesopotamia dan langsung yang mengelilingi temuan ¬. Citra mereka di dunia itu berakar pada kosmologi mereka, bukan berdasarkan pengamatan. Bahwa Babel terbukti benar, dalam arti bahwa semua badan besar air yang mengelilingi dunia saling berhubungan, yang kebetulan. Namun gagasan itu, diteruskan ke Yunani, kemudian melalui orang-orang Arab ke Eropa abad pertengahan, yang berkontribusi pada penemuan geografis pada abad 15 dan 16.
Hernando Columbus, dalam biografinya tentang ayahnya Christopher, daftar sumber-sumber klasik dan abad pertengahan yang memimpin Laksamana berpikir dia bisa mencapai Hindia oleh barat berlayar. Salah satu yang paling penting dari sumber-sumber ini Aristoteles De Caelo [Di Surga], sebuah buku yang dikenal dalam terjemahan bahasa Arab sejak abad kesembilan dan sering dikutip oleh al-Mas'udi. Teks Yunani asli mencapai Italia pada abad ke-15, setelah jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453, tapi tidak dicetak sampai setelah penemuan Amerika. Ini telah dikenal di Spanyol, bagaimanapun, sejak abad ke-12 melalui komentar di atasnya oleh Ibnu Rusyd dari Kordoba, yang Averroes Abad Pertengahan Latin. Apakah Columbus tahu De Caelo melalui terjemahan Latin Averroes atau lebih secara langsung melalui terjemahan baru Sance ¬ Renaisans oleh kaum humanis Italia dengan siapa dia berhubungan, tidak diketahui. Dalam kasus apapun, di sini adalah bagian yang dipecat imajinasinya:

Ada banyak perubahan, maksudku dalam bintang-bintang yang adalah overhead, dan bintang-bintang yang terlihat berbeda, sebagai salah satu bergerak ke utara atau selatan. Memang ada beberapa bintang terlihat di Mesir dan di lingkungan Siprus yang tidak terlihat di daerah utara, dan bintang yang, di utara, tidak pernah di luar jangkauan pengamatan, pada mereka meningkat daerah dan ditetapkan. Semua yang pergi ke tidak hanya menunjukkan bahwa bumi ini bulat bentuknya, tetapi juga bahwa itu adalah lingkup tidak ada ukuran besar, karena kalau tidak, efek dari sangat sedikit perubahan tempat tidak akan begitu cepat terlihat. Oleh karena itu seseorang tidak boleh terlalu yakin akan keluarbiasaan dari pandangan orang-orang yang memahami bahwa ada kontinuitas antara bagian-bagian tentang Pilar Hercules dan bagian-bagian tentang India, dan bahwa dengan cara ini laut adalah satu. Sebagai bukti lebih lanjut dalam mendukung ini mereka mengutip kasus gajah, spesies terjadi di masing-masing daerah ekstrim, menunjukkan bahwa karakteristik umum dari ekstrem ini dijelaskan oleh kontinuitas mereka. Juga orang-orang matematikawan yang mencoba untuk menghitung ukuran lingkar bumi tiba di satu-satunya tokoh bahwa massa bumi adalah bulat, tetapi juga bahwa dibandingkan dengan bintang-bintang itu bukan dari ukuran besar. 400.000 stades. Ini menunjukkan tidak hanya bahwa massa bumi adalah bulat, tetapi juga bahwa dibandingkan dengan bintang-bintang itu bukan dari ukuran besar.

Terlepas estimasi Aristoteles tentang keliling bumi, yaitu sekitar dua kali terlalu besar, mudah untuk melihat mengapa Columbus ditangkap pada bagian ini. Aristoteles, otoritas tertinggi untuk Abad Pertengahan, menunjukkan bahwa Asia dapat meregangkan tepat di seluruh dunia, mungkin bergabung dengan Afrika, atau setidaknya yang keduanya dicuci dengan laut yang sama. Oleh karena itu dengan mudah bisa mencapai Asia dengan berangkat ke arah barat, di seberang laut mencakup semua.
Ini, setidaknya, adalah teori. Hal itu ditopang oleh referensi yang lebih klasik banyak, serta oleh legenda abad pertengahan pulau-pulau di sebelah barat dan bahkan oleh penampakan aneh dari kayu bekerja cor di pantai pulau-pulau Atlantik. Tapi masih harus diatasi adalah penghalang psikologis yang luar biasa, kepercayaan kuno yang tidak terletak di luar "Pilar Hercules". Keyakinan ini diabadikan dalam motto ne plus ultra, tidak ada yang melampaui, sebuah ungkapan bergema dalam account al-Mas'udi tentang patung mana titik seolah berkata: 'Tidak ada cara luar saya ....'
Bagi dunia klasik, Herculis Columnae, Pilar Hercules, tidak pilar yang sebenarnya - atau cahaya ¬ rumah - tapi dua poin pegunungan di kedua sisi Selat Gibraltar, Calpe dan Abyla: Rock of Gibraltar dan titik pegunungan al-Mina, di mana kota Ceuta sekarang berdiri di atas reruntuhan Abyla Fenisia.
Fenisia berlayar melalui Pilar Hercules sekitar 1100 SM dan mendirikan pelabuhan Atlantik pertama mereka, Gadir ["Tempat Dibentengi"] mana kota Cádiz sekarang berdiri. Di suatu tempat di pedalaman berbaring wilayah luar biasa - atau mungkin kota - dikenal dunia klasik sebagai Tartessos dan dalam Alkitab sebagai Tarsis. Fenisia mendirikan perdagangan kaya dengan dunia Mediterania timur di emas dan perak dari tambang kaya Tartessos. Mereka juga membuka rute laut Atlantik ke Cassiterides, yang "Kepulauan Tin," mungkin suatu tempat di Inggris, dan Baltik, di mana mereka diperdagangkan untuk ambar. Timah merupakan komponen penting dalam pembuatan perunggu; amber yang digunakan untuk ornamen. Fenisia memiliki monopoli virtual baik, dan mereka dijaga ketat itu, tenggelam kapal-kapal saingan yang berkelana ke barat. Mediterania. Mereka menganggap rute perdagangan mereka sebagai rahasia negara, dan sumber-sumber klasik menyebutkan setidaknya satu kapal dagang Fenisia yang kandas daripada membiarkan saingan belajar nya saja.
Fenisia dan penerus mereka, Carthaginians, didirikan koloni perdagangan sepanjang pantai utara dan barat Afrika. Mengantisipasi Portugal Pangeran Henry the Navigator oleh sekitar 2.000 tahun, mereka juga membuat sejumlah upaya untuk mengelilingi Afrika. Salah satunya, yang disponsori oleh Mesir Firaun Necho II, terjadi sekitar 600 SM. Herodotus, yang menyebut Afrika Libya dan Laut Merah Teluk Arab, adalah satu-satunya sumber informasi tentang perjalanan ini. Berikut adalah bagaimana ia menjelaskan hal itu.

Adapun Libya, kita tahu bahwa itu dicuci di semua sisi oleh laut, kecuali di mana ia bergabung di Asia, seperti yang pertama menunjukkan, sejauh pengetahuan kita pergi, oleh Nekho raja Mesir, yang, setelah memanggil dari pembangunan kanal antara Sungai Nil dan Teluk Arab, mengirim armada diawaki oleh awak kapal Fenisia dengan perintah untuk berlayar ke barat-tentang dan kembali ke Mesir dan Mediterania dengan cara Selat Gibraltar. Fenisia berlayar dari Teluk Arab ke laut selatan, dan setiap musim gugur dimasukkan ke dalam di beberapa tempat yang nyaman di pantai Libya, menabur sepetak tanah, dan menunggu untuk panen tahun depan. Kemudian, setelah mendapat gandum mereka, mereka dimasukkan ke laut lagi, dan setelah dua tahun penuh mengitari Pilar Hercules dalam perjalanan ketiga, dan kembali ke Mesir. Orang-orang ini membuat pernyataan - yang saya tidak sendiri percaya, meskipun orang lain mungkin - untuk efek bahwa mereka berlayar di barat kursus putaran ujung selatan Libya, mereka matahari di sebelah kanan mereka - untuk utara dari mereka. Ini adalah bagaimana Libya adalah pertama kali ditemukan untuk dikelilingi oleh laut ....

Tidak ada alasan untuk meragukan bahwa perjalanan ini berlangsung. Apa Herodotus, dan geografi Yunani yang menggantikannya, ditemukan sulit untuk menerima adalah ukuran tipis Afrika. Konsensus pendapat, dibuat ortodoks oleh Ptolemy, adalah bahwa Afrika diperpanjang sedikit di luar 17 ° lintang selatan. Herodotus tampaknya percaya sama, maka percaya tentang pernyataan bahwa matahari berada di sebelah kanan pelayar Fenisia '.
Kebanyakan pra-Ptolemeus geografi Yunani tidak menerima bahwa Afrika itu dibatasi pada semua sisi oleh laut, kecuali di mana ia bergabung dengan Asia. Ptolemy, bagaimanapun, seharusnya tidak jauh di bawah Tanduk Afrika, benua cenderung terus ke timur, akhirnya bergabung dengan daratan Cina dan pembuatan Samudera Hindia laut yang terkurung daratan. Dia mungkin telah dipengaruhi dalam hal ini dengan bagian dari De Caelo, di mana Aristoteles menunjukkan bahwa kehadiran gajah di Asia dan Afrika mungkin mengindikasikan bahwa dua benua berdekatan. Ptolemy kesalahan diperparah oleh postulating adanya besar "Benua Selatan," sebuah Terra Australis, ke selatan Afrika. Benua ini tidak imajiner akhirnya hilang dari peta Eropa hingga awal abad 18.
Para circumnavigators Fenisia, Afrika pelaut praktis dihalangi oleh teori. Carthaginians, sebagai kolonis Phoenix di Mediterania barat kemudian dikenal, harus telah menyadari mengelilingi searah jarum jam sebangsa mereka 'Afrika. Kira-kira sebelum 480 SM, Carthaginians mengirim ekspedisi besar mereka sendiri, di bawah seorang pemimpin yang disebut Hanno, dalam arah yang berlawanan. Sebuah versi Yunani dari rekening Punisia asli dari perjalanan ini membuat jelas bahwa Hanno mencapai jauh ke selatan, melewati gunung vulkanik yang disebut The Chariot para Dewa - mungkin 998 meter-tinggi (3.273 kaki) Mt. Kakoulima di masa kini-hari Guinea - dan sejauh Sierra Leone. Di jalan ia menemukan baik Canary dan Kepulauan Tanjung Verde, begitu penting kemudian sebagai stadium poin untuk pelayaran trans-Atlantik. Kepulauan Tanjung Verde tidak ditemukan kembali sampai 1455, hampir dua ribu tahun kemudian.
Canary adalah contoh klasik tentang bagaimana penemuan kuno dibuat dan kemudian hilang. Ditemukan oleh Hanno pada abad kelima SM, mereka dieksplorasi dan dijajah di 25 SM oleh Juba II, Raja ilmiah dari Mauritania dan suami dari Cleopatra Selene, putri Antony dan Cleopatra. Seorang kolektor seni bergairah, Juba juga tertarik pada ilmu pengetahuan dan teknologi, menciptakan metode baru untuk membuat pewarna ungu dari pabrik cat ungu kemerah-merahan - dan ekspor cat ungu kemerah-merahan dari pulau-pulau Atlantik kepentingan ekonomi sampai awal abad ini. Juba dihuni Canary dengan berbahasa Berber penjajah, mungkin nenek moyang dari Guanches. Secara bertahap, pengetahuan tentang lokasi Canary hilang, meskipun Lanzarote, pulau terdekat pantai Afrika Utara, terletak kurang dari 100 kilometer (60 mil) barat daratan. Orang-orang Yunani disebut Kepulauan Canary Ton Makarōn Nēsoi, "Kepulauan Santa," dan mereka dianggap sebagai tanah yang dikenal terjauh ke barat. Ptolemy menarik 0 ° garis bujur nya, atau meridian utama, melalui Canary; Prancis terus melakukannya sampai abad ke-19.
Kepulauan Canary ditemukan kembali pada abad ke-13 oleh sebuah kapal Perancis atau Genoa tertiup angin saja. Pada 1402 sebagian Normandia menaklukkan mereka, pertemuan perlawanan keras dari Guanches pribumi. Pada pertengahan abad ke-15, Spanyol mengambil alih dan melanjutkan Canary penaklukan. Pertempuran masih berlangsung ketika Columbus menggunakan pulau sebagai perhentian pertama di keempat pelayaran ke Karibia. Para Guanches tidak akhirnya ditundukkan sampai akhir abad ke-16, ketika mereka dan bahasa mereka hampir menghilang. Dari beberapa kata Guanche diawetkan dalam sejarah Spanyol, kita tahu mereka berbicara bentuk Berber, dan karena itu mungkin diturunkan dari kolonis Juba itu. Namun ketika ditemui Eropa mereka, mereka tidak ingat daratan; tidak memiliki perahu, mereka menyadari